Mohon tunggu...
ragil jiwandono
ragil jiwandono Mohon Tunggu... Penulis - ragil

ingin menulis dan dibaca :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pasang Surut Hubungan Internasional Indonesia-Malaysia

11 Desember 2020   20:47 Diperbarui: 11 Desember 2020   21:03 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

pihak Malaysia juga merasa turut mendukung dan membatu Indonesia memperjuangkan dari belenggu penjajahan hingga merdeka, tetapi Malaysia belum merdeka dan merasa ditinggalkan. Sebagaimana diketahui hal itu tak terwujud. 

Negara Malaysia baru merdeka pada 1957, lebih satu dekade kemudian dari Indonesia, yaitu setelah Inggris memberinya kemerdekaan lewat negosiasi. 

Pendapat tersebut dibantah lagi oleh Indonesia, bagi Indonesia lebih baik menyatukan atau memusatkan kekuatan perlawanan terhadap penjajah lebih dutamakan untuk menghadapi bangsa Belanda yang dianggap negara kecil diwilayah eropa daripada harus menghadapi Inggris yang lebih kuat apalagi memenangkan perang dunia II. 

Kini masingmasing memilih jalan merdeka dengan ideologi yang berbeda pula. Perkara kedua akibat politik konfrontasi Indonesia. Kasus kedua ialah politik konfrontasi Indonesia terhadap Malaysia. 

Setelah kemerdekaan tahun 1957, Malaysia berhimpun di bawah Federasi Malaya (Malaysia, Singa-pore, Sarawak, Brunei dan Sabah (dikenal dengan sebutan British North Borneo) di bawah kepemimpinan Tunku Abdul Rahman sebagai perdana meterinya. Didirikan pada bulan 1961, pembentukan Federasi Malaysia menjadi sumber persoalan bagi Indonesia(Kerry. 2012). 

Pendirian oposisi bersenjata Presiden Indonesia Sukarno terhadap pembentukan Inggris dari federasi Malaysia pada awal 1960-an - sebuah periode yang disebut Konfrontasi - secara mengejutkan meninggalkan sedikit luka karena hanya mendapat sedikit dukungan publik, terutama dari para jenderal yang berusaha untuk berdamai di belakang punggungnya. 

Menengok ke belakang sekarang, akademisi kawakan Jusuf Wanandi mengatakan tahuntahun setelah Konfrontasi sebenarnya adalah titik puncak hubungan itu, dibantu oleh kelahiran Asean pada Agustus 1967. Para pemimpin Indonesia juga memiliki hubungan kerja yang kuat dengan perdana menteri kedua dan ketiga Malaysia - Tun Abdul Razak, seorang etnis Bugis dari Sulawesi, dan Tun Hussein Onn, yang ayahnya mendirikan Organisasi Nasional Melayu Bersatu. 

Menurut soekarno federasi ataupun konfrontasi Malaya dianggap sebagai bentuk kolonialisme baru apalagi ada keterkaitan terhadap bangsa inggris didalamnya dan masih memiliki pengaruh dalam kontrol kekuatan politik ekonomi di wilayah Asia tenggara paska perang dunia II. Soekarno membebrikan asumsi bahwa seharusnya merdekalah Malaysa dengan cara yang murni, dengan merdeka bebas tanpa beban dan hutang maupun kekuatan campur tangan pihak luar didalamnya. 

Sikap konfrontasi Sukarno terhadap persekutan Melayu itu tidak hanya ditujukan untuk menentang hidupnya kembali feodalisme kerajaan, tetapi juga Inggris dan Amerika sebagai blok Barat yang berhaluan kapitalis, berlawanan dengan politik luar negeri Indonesia era Sukarno yang condong ke sosialis blok timur(Kerry. 2012). Karena banyaknya perbedaan pemikiran dan munculnya konflik membuat kedua negara ini dianggap hilangnya ikatannya sebagai saudara. 

Dengan sukarno yang memiliki pandangan berlawanan dengan politik lua negeri sukarno berfikran lebih ke sosialis dan bertolak belakang dengan kapitalis. Redamnya konflik antara kedua negara Indonesia-Malaysia dimungkinkan sejak berdirinya oraganisasi internasional yang berhubungan dengan kerja sama bidang politik dan ekonomi. 

Organisasi ini bernama ASEAN (Association of South East Asian Nations) merupakan hasil dari deklarasi bangsa Asia Tenggara bernama"Deklarasi Bangkok", bertepat di Bangkok, pada 8 Agustus 1967. Saat itu negara Indonesia dipimpin oleh presiden Suharto dan dapat dikatakan hubungan antar kedua negara Indonesia-Malaysia berjalan baik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun