Di masa Orde Baru, partai politik difusi menjadi tiga saja. PDI, PPP, dan Golkar. PKI pada masa ini sudah tidak ada sebab upayanya melakukan pemberontakan G30S berbuah pembubaran oleh pemerintah. PDI sendiri merupakan terusan dari PNI secara ideologis dan banyak tokoh PNI yang masuk ke dalamnya. Suara abangan semenjak tidak adanya PKI teralir pada PDI sehingga PDI merepresentasikan dua golongan sekaligus yakni abangan dan priyai. Di sisi lain suara santri kembali bersatu pada satu partai politik Islam yakni PPP. Ada pun Golkar adalah representasi dari Abri dan birokrat pemerintahan yang berkepentingan mengontrol politik di era Orde Baru. Keadaan ini berlangsung selama kurang lebih 32 tahun sampai era Reformasi tiba di tahun 1998.
Pasca Reformasi terjadi Indonesia mengalami liberalisasi politik. Rakyat Indonesia kembali bebas mengekspresikan sikap politiknya. Banyak partai politik yang terbentuk untuk menyambut pemilu pertama Reformasi di tahun 1999. Ada setidaknya 141 partai politik yang dibentuk dan hanya 48 partai politik yang lolos verifikasi berkas oleh KPU. Suara kalangan santri, abangan, dan priyai kembali terpecah pada banyaknya partai yang ada. Namun jika melihat hanya partai pemenang pemilu, maka suara mereka teralir pada PPP, PKB, PAN, PBB dan PK.
Jika kita menarik fenomena partai politik ini pada keadaan masa kini maka kita dapat melihat pola yang kurang lebih sama. Kalangan abangan dan priyai hari ini direpresentasikan oleh PDIP dan santri oleh partai-partai Islam. Namun suara kalangan santri hari ini jauh lebih terpecah karena banyaknya partai Islam yang ada. Santri tradisional yang banyak hidup di pedesaan suaranya teralir pada PKB dan PPP. Sedangkan santri yang hidup diperkotaan teralir pada PKS, PAN, dan PBB.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI