Mohon tunggu...
Rafuan Ahmad
Rafuan Ahmad Mohon Tunggu... -

Seorang pemuda yang akan tercatat dalam sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mendapatkan Beasiswa Ke Luar Negeri

8 September 2014   04:56 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:20 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Saya sengaja tidak pernah mau menjawab secara gamblang pertanyaan teman-teman mahasiswa baru mengenai "Bagaimana caranya bisa mendapatkan beasiswa ke luar negeri dan mengikuti berbagai kegiatan sehingga bisa keliling ke beberapa daerah di Indonesia". Saya lebih suka ditanya mengenai proses yang saya tempuh sebelum saya mendapatkannya, dan terkadang pertanyaan mereka pun saya belokkan sehingga jawaban saya lebih banyak berbicara mengenai proses.

Mendapatkan beasiswa ke luar negeri dan mengikuti kegiatan-kegiatan nasional di berbagai daerah di seluruh Indonesia bukanlah sesuatu yang bisa diraih dengan satu dua hari proses. Proses tersebut tidak terlalu sulit untuk dilewati, tapi juga tidak terlalu mudah untuk dilakukan. Terkadang kita tidak ingin berproses dan hanya ingin sesuatu yang instan, sehingga kerap kali bertanya sesuatu yang langsung to the point "bagaimana caranya" atau "apa tipsnya". Seringkali pertanyaan tersebut saya jawab simpel "caranya adalah mendaftarkan diri". Ya, simpel. Cuma mendaftarkan diri untuk mendapatkan beasiswa tersebut. Namun proses untuk mendapatkannya tidak sesimpel itu.

Beasiswa ke luar negeri adalah suatu raihan yang prestisius namun tidak gratis alias ada harganya. Ya, ada harganya. Harga disini bukanlah sesuatu yang berbentuk materi atau uang. Yang dimaksud harga disini adalah semangat, keberanian dan pengorbanan. Semangat untuk selalu berusaha memperbaiki diri, berani untuk mendaftarkan diri, berani untuk berbeda, berani untuk ditertawakan karena cita-cita yang begitu tinggi, serta pengorbanan akan waktu, tenaga, dan pikiran. Di saat orang lain menghabiskan waktunya untuk foya-foya, jalan-jalan, nongkrong, main game, atau berpacaran, kita harus berani mengorbankan waktu kita yang berharga untuk membaca buku, berdiskusi, meningkatkan kemampuan bahasa asing, meningkatkan kemampuan menulis, mengikuti kegiatan-kegiatan positif, berorganisasi, mencari informasi beasiswa, dan mendaftarkan diri di setiap kesempatan beasiswa yang ditawarkan.

Pejuang beasiswa juga harus memiliki semangat tinggi dan pantang menyerah. Pantang menyerah ketika gagal meraih beasiswa ke luar negeri dalam kesempatan pertama, kedua, dan ketiga. Persaingan untuk mendapat beasiswa ke luar negeri itu cukup sengit, kadang-kadang kuota yang ditawarkan tidak sebanding dengan jumlah pendaftar. Sebagai contoh, untuk beasiswa UNAOC-EF Summer School tahun 2014 saja tidak kurang dari 120.000 pendaftar bertarung untuk mendapatkan 75 kursi beasiswa kuliah musim panas di Amerika Serikat. Untuk beasiswa Fostering ASEAN Future Leaders 2014 di Korea Selatan, ada ratusan mahasiswa Indonesia berjuang mendapatkan 4 kuota untuk Indonesia beasiswa belajar di Daejeon University, Korea Selatan. So, bagi pejuang beasiswa gagal adalah hal biasa. Yang tidak biasa adalah ketika kita mampu terus bangkit, memperbaiki diri kita, dan mencoba mendaftarkan diri kembali pada kesempatan beasiswa selanjutnya.

Saya pernah bertemu dengan seseorang yang mengalami puluhan kali kegagalan dalam mendapatkan beasiswa ke luar negeri. Namun ia pantang menyerah, hingga akhirnya dia mampu terbang ke beberapa negara seperti Singapura, Jepang, Amerika Serikat, Italia, dan Swiss untuk mengikuti pertukaran mahasiswa atau konferensi pemuda. Namun di balik semangat pantang menyerah tersebut juga harus disertai semangat memperbaiki diri (kemampuan akademik, kemampuan leadership, pengalaman, dan penguasaan bahasa asing).

Pihak penyelenggara beasiswa ke luar negeri tidak akan memberikan tiket gratis kepada sembarang orang. Hanya sosok-sosok yang sesuai kriteria mereka sajalah yang akan diberikan beasiswa ke luar negeri. Namun umumnya, sosok yang mereka cari adalah yang memiliki catatan akademik bagus, memiliki kemampuan leadership yang bagus, memiliki pengalaman yang cukup banyak, menguasai bidang yang mereka tawarkan (sebagai contoh, apabila yang ditawarkan adalah beasiswa untuk belajar mengenai pluralisme maka yang akan dipilih adalah orang-orang yang memahami tentang pluralisme), memiliki kemampuan menulis yang bagus, dan menguasai bahasa asing yang akan digunakan.

Hal terakhir yang ingin saya sampaikan kepada kawan-kawan semua adalah, terpilih mendapatkan beasiswa ke luar negeri bukan karena keberuntungan, tapi karena kemampuan.
So, tunggu apa lagi ?
Kembangkan kemampuan kita dan raih beasiswa ke luar negeri!!!

Ahmad Rafuan.
7 September 2014.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun