Tanggal 15-16 November 2022 Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi 20 di Bali. Tapi sebelum itu apa sebenarnya G20?. G20 adalah forum kerja sama multilateral yang terdiri dari 19 negara utama dan Uni Eropa (EU). Dibentuk pada 1999 atas inisiasi anggota G7, G20 merangkul negara maju dan berkembang untuk bersama-sama mengatasi krisis, utamanya yang melanda Asia, Rusia, dan Amerika Latin. Adapun tujuan G20 adalah mewujudkan pertumbuhan global yang kuat, berkelanjutan, seimbang, dan inklusif.
G20 pada awalnya merupakan pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral. Namun sejak 2008, G20 menghadirkan Kepala Negara dalam KTT dan pada 2010 dibentuk pula pembahasan di sektor pembangunan. Sejak saat itu G20 terdiri atas Jalur Keuangan (Finance Track) dan Jalur Sherpa (Sherpa Track). Sherpa diambil dari istilah untuk pemandu di Nepal, menggambarkan bagaimana para Sherpa G20 membuka jalan menuju KTT (Summit).
 Kehadiran KTT G20 di Indonesia khususnya Bali memberi banyak dampak positif bagi Indonesia. Contohnya yaitu membantu ekonomi Indonesia.Seluruh kegiatan G20 yang diselenngarakan kemarin mampu membuat Indonesia menyerap tenaga kerja hingga 33 ribu pekerja. Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso berkata dari Agustus hingga akhir September, ada sekitar 15 kali ministerial meeting, dari sisi trafik sudah terlihat peningkatan lebih dari 70 persen dari trafik sebelumnya dalam segi transportasi. Dampaknya di Bali kita belum melihat betul PDRBnya (Produk Domestik Regional Bruto). Tapi dari transportasi, traffic di Bali sudah confirm, tingkat hunian juga melebihi pra pandemi. Demikian juga sektor pendukung side event," ucap beliau.
Staf Ahli Bidang Pemanfaatan Sumber Daya kemaritiman Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Nyoman  Shuida berkata G20 memberi dampak langsung bagi masyarakat seperti menignkatnya wisatawan asing hingga 1,8 juta – 3,6 juta juga 600 – 700 ribu lapangan kerja baru. "Menurut Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Pada masa pandemi Covid 2021 lalu tingkat keterisian kamar hotel hanya sekitar 20 persen, kini sudah menyentuh angka di kisaran 70 persen. Serapan tenaga kerja di sektor pariwisata, khususnya hotel, sudah mencapai sekitar 80 persen terhadap para pekerja yang saat masa pandemi dirumahkan," ucap Nyoman. Hal ini sangat berdampak bagus bagi perekonomian Indonesia yang sedang bangkit dari keterpurukan pasca covid.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H