Medan Belawan, sebuah kawasan pesisir yang menjadi pintu gerbang perekonomian Sumatera Utara, menyimpan cerita kehidupan yang jauh dari kata sejahtera. Di balik potensi laut yang melimpah, ada ribuan masyarakat yang hidup dalam kemiskinan, bertahan dengan penghasilan yang tidak pasti, tempat tinggal yang sering dilanda banjir rob, dan fasilitas dasar yang jauh dari memadai. Â
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Medan pada 2018, jumlah penduduk miskin di Kecamatan Medan Belawan mencapai 15.370 jiwa, menjadikannya wilayah dengan tingkat kemiskinan tertinggi di Kota Medan. Namun, angka ini hanyalah permukaan dari cerita panjang perjuangan masyarakat yang tinggal di sana. Â
Sari Fartika (41), seorang ibu rumah tangga yang tinggal di pesisir, menceritakan betapa sulitnya kehidupan mereka. Suaminya bekerja sebagai nelayan, tetapi penghasilannya tidak menentu---rata-rata hanya Rp100.000 per hari. Tantangan lain datang dari cuaca yang sering tidak bersahabat, memaksa sang suami untuk tidak melaut. Â
"Kalau suami tidak melaut, kami tidak punya penghasilan. Banjir rob juga sering masuk ke rumah, membuat kami kesulitan mendapatkan air bersih," cerita Sari sambil menghela napas panjang. Â
Kisah serupa juga datang dari Ade Irma (43), seorang ibu tunggal yang harus menghidupi tujuh anaknya. Pendapatannya sebagai penggunting udang lipan berkisar antara Rp20.000 hingga Rp70.000 per hari, yang tentu saja tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari, apalagi biaya sekolah anak-anak. Â
"Anak-anak saya banyak yang tidak melanjutkan sekolah karena tidak ada biaya. Sebagian malah memilih bekerja. Kami berharap pemerintah bisa memberikan bantuan pendidikan," kata Ade.
Kemiskinan di Medan Belawan tidak terjadi tanpa sebab. Beberapa faktor utama yang berkontribusi antara lain: Â
1. Penghasilan Tidak Stabil
  Sebagian besar masyarakat bekerja sebagai nelayan atau buruh harian. Namun, hasil tangkapan sering kali tidak mencukupi karena cuaca buruk dan kerusakan lingkungan laut. Â
2. Rendahnya Pendidikan
  Kurangnya pendidikan membuat masyarakat sulit beralih ke pekerjaan lain di luar sektor perikanan. Â
3. Minimnya Infrastruktur
  Jalan rusak, fasilitas kesehatan terbatas, dan akses air bersih yang sulit semakin memperburuk kondisi masyarakat. Â
4. Banjir Rob yang Berulang Â
  Hampir setiap tahun, banjir rob merendam permukiman warga, membuat rumah-rumah menjadi tidak layak huni dan mempersulit aktivitas sehari-hari. Â
Bapak Jale (50), seorang pekerja penyortir ikan, juga mengungkapkan bahwa banjir rob sangat mengganggu kehidupan masyarakat. "Kalau banjir rob datang, anak-anak tidak bisa sekolah, dan kami pun kesulitan bekerja," katanya. Â
Pemerintah sebenarnya telah mencoba berbagai cara untuk membantu masyarakat pesisir Medan Belawan, seperti memberikan bantuan sosial dan program perlindungan lainnya. Namun, dampaknya masih efektif dan merata. Masyarakat berharap ada langkah yang lebih nyata, seperti pembangunan tanggul penahan banjir, peningkatan akses pendidikan, dan penyediaan fasilitas kesehatan yang lebih baik. Â
"Ide membuat benteng pernah muncul, tetapi sebagian masyarakat tidak setuju karena dianggap akan mengganggu akses melaut," jelas Ade. Â
Kemiskinan di Medan Belawan tidak bisa diselesaikan oleh satu pihak saja. Diperlukan kerja sama dari pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat.
Masyarakat Medan Belawan hanya ingin hidup yang lebih baik, pekerjaan yang stabil, rumah yang aman dari banjir, pendidikan untuk anak-anak, dan lingkungan yang lebih sehat. Â
"Harapan kami tidak muluk-muluk. Kami hanya ingin hidup layak, anak-anak bisa sekolah, dan rumah tidak kebanjiran lagi," tutup Sari dengan nada sedih.
Jika semua pihak bekerja sama, Medan Belawan tidak hanya akan menjadi pintu gerbang perekonomian, tetapi juga tempat di mana masyarakatnya bisa hidup sejahtera dan tenang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI