Mohon tunggu...
rafli widhiantara
rafli widhiantara Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

hey

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Keluarga Kecil, Pengorbanan Besar Seorang Ayah

29 Juni 2019   15:45 Diperbarui: 29 Juni 2019   16:03 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tara adalah anak laki- laki ke-4 dari delapan bersaudara ,kini Ia duduk dibangku kuliah semester 4 disalah satu sekolah tinggi di Kota Bekasi. Ketiga kakaknya sudah  bekerja dua diantaranya telah menikah . Ia memiliki satu adik perempuan yang masih kuliah dan tiga adik laki yang duduk dibangku sekolah. Dua siswa Sekolah Menengah Kejuruan  dan yang paling muda masih dibangku Sekolah Dasar .


Keluarga sederhana ini hidup dengan berkecukupan ,meski ayahnya seorang buruh bangunan dan ibunya bekerja sebagai asisten rumah tangga namun kedua orang tuanya mampu membiayai Ia dan adiknya untuk berkuliah dan membiayai adik-adiknya yang bersekolah disekolah swasta .


Tara tumbuh dan besar dikeluarga yang secara tidak langsung menganut sistem matriarki . Kondisi ini terus berjalan hingga Ia dewasa dan memahami bahwa ada hal yang salah dari keluarganya. Ia menyadari jikalau keutuhan keluarganya selama ini ada seorang yang menanggung beban besar semua itu . Sosok tersebut adalah Ayahnya .


Semester satu perkuliahan menjadi titik awal Ia menyadari sesuatu hal tentang keluarganya . Ilmu filsafat dan sosiologi yang Ia dapatkan dari dosen dan teman diskusinya dikampus membuka wawasannya terhadap apa yang terjadi dalam keluarganya. Awalnya Ia hanya berdiskusi santai bersama teman-temannya terkait mata kuliah yang baru disampaikan oleh dosennya namun lama kelamaan pembicaraannya menyerempet persoalan budaya patriarki di negeri . Lama berbincang akhirnya Tara memutuskan pulang kerumah dengan hati yang penuh dengan pertanyaan "Jikalau Patriarki berarti kendali keluarga ada ditangan Laki-laki(Ayah/Suami) Bagaimana jika sebaliknya?".


Sesampainya dirumah Tara merebahkan tubuhnya yang cukup lelah. Lalu Ia mengambil HP dari sakunya dan mulai searching perhal budaya patriarki dan seterusnya hingga Ia menemukan istilah baru ,yaitu Matriarki. Lama Ia membaca artikel terkait budaya matriarki Ia merasakan hal tersebut sama persis dengan apa yang Ia rasakan kini namun tidak cepat-cepat Ia mengambil kesimpulan . Pertama - tama Ia ingin mengajak bicara Ayahnya meminta penjelasan atas semua ini .


Ayah Tara , Seorang laki-laki paruh baya yang berumur sekitar 50 tahunan ,bekerja sebagai buruh bangunan demi menghidupi Istri dan kelima anaknya yang masih dalam tanggungannya . Tubuhnya yang tidak muda lagi dipaksa untuk bekerja kasar dari pagi hingga sore . Ia adalah sosok yang taat beragama setiap malam ia melaksanakan sholat tahajud hingga waktu subuh Ia membangunkan warga sekitar musolah dekat rumahnya menggunakan speaker Musolah . Walaupun hal tersebut sempat ada yang mem"protes" namun Ia tetap melakukan hal tersebut tiap menjelang subuh . Selepas solat subuh biasanya Ia langsung pulang dan langsung mencuci pakaian kotor keluarganya yang ada. Setelah itu Ia siap-siap untuk berangkat kerja menggunakan sepeda tua yang sudah hampir 10 tahun menemaninya.


Sore itu Tara tengah asik bermain Game diHpnya lalu terdengar suara salam dari depan rumah ,cepat-cepat Tara menengok kearah jendela melihat siapa yang datang . Ternyata Ayahnya yang baru pulang berdinas sedang memarkir sepedah antiknya dihalaman depan bergegas Ia menjawab salam dan mencium tangan Ayahnya .


"Kamu udah pulang?"tanya Ayah
"Udah dari siang" jawab Tara
"Terus ngapain aja dirumah?"Ayah kembali bertanya
"Main game "jawabnya dengan muka tak bersalah
"Main game terus ,sana bantu ibumu "perintah Ayah
"Iya " jawab Tara santai
Setelah itu Ayah Tara langsung masuk rumah dan bersiap untuk mandi.
Tara yang mendapat perintah untuk membantu ibunya buru -buru melakukan pekerjaan rumah yang belum dikerjakan oleh ibunya . Untungnya pekerjaan yang tersisa hanya tumpukan piring kotor yang ada didapur . Dengan sigap Tara membersihkan piring kotor tersebut dengan sabun pencuci piring dan menyusunnya di rak piring cepat-cepat.
Selesai mencuci piring Tara langsung menghampiri Ayahnya yang sudah selesai mandi beberapa menit lalu dan kini Ia sedang duduk diteras rumah sambil meminum kopi hitam kesukaannya.
"Yah ,kenapa sih Ayah ngelakuin ini semua?"celetuk Tara dari samping
"Maksud kamu apa?"jawab Ayah kebingungan
"Ini loh yah ,Maksud aku  Ayah kan habis kerja pasti dong cape,tapi kenapa Ayah kadang-kadang suka mengerjakan pekerjaan rumah ?"ungkap Tara
"Oh itu toh , Ya karena kamu ga ngapa"in dirumah ,kerjaannya ngegame mulu,terpaksa deh ayah ngerjain itu semua "jawab Ayah dengan sedikit tawa
"Yehh,kadang -kadang aku beres-beres rumah kok"bela Tara
"Tapi kebanyakan ngegamenya kan ketimbang beres-beres?"timpal Ayah
"........."Tara diam
"Tapi masa sih cuma gara-gara itu sih yah?"Tara kembali bertanya
"Kamu tau kewajiban utama seorang Ayah?"tanya Ayah
"Memberi nafkah kan yah?"jawab Tara
"Nah itu kamu tau ,Ayah berkewajiban memberi nafkah kepada Ibumu dan anaknya secara lahir dan batin,untuk lahirnya meliputi sandang,papan ,dan pangan dengan kata lain pakaian yang bersih ,rumah yang rapi makanannya tersedia itu semua termasuk kedalam kewajiban ayah ,gamungkin ayah ngasih ke ibumu atau kamu pakaian kotor,rumah yang hampir rubuh atau makanan basi , itu namanya Ayah dzholim sama kamu "jawab Ayah
"Lalu kenapa diluar sana banyak wanita yang melakukan pekerjaan tersebut ?"Tara kembali bertanya
"Kalau mereka melakukan semua itu dengan ikhlas mengharap ridho suaminya maka boleh -boleh saja menurut ayah toh itu juga sebagai salah satu bakti istri kepada suami untuk meringankan beban yang ada pada pundak suaminya ,tapi kalo mereka melakukannya karna dipaksa menurut ayah  sedikit tidak pantas ,karna menurut ayah  jika dirumah ini adalah surga dunia ,maka ibumu lah bidadarinya,maka pantaskah bidadari dipaksa untuk nyuci dan ngepel?" jelas Ayah
"Tapi bukannya ibu sudah kelewat batas? sampai-sampai dalam beberapa persoalan ibu yang selalu menentukan?"tambah Tara
"Kalo untuk itu Ayah tidak mempermasalahkan ,Ayah sadar posisi ayah yang tidak bisa memberikan nafkah yang cukup untukmu dan ibumu sampai-sampai Ia harus ikut bekerja demi memenuhi kebutuhan hidup kita ,selama keputusan ibumu tidak bertentangan dengan syariat agama ayah akan menerimannya . Kamu inget ga saat kamu mau masuk SMK ,apa yang dikatakan ibumu saat kamu hendak memilih sekolah selanjutnya?"Ayah membalas
"Inget ,"kamu mau jadi murid biasa disekolah luar biasa atau menjadi murid luar biasa disekolah biasa" itu kata ibu " jawab Tara
"Dan kamu milih yang mana ? "sahut Ayah
"Yang kedua "Tara menjawab
"Lalu kamu tau sendirikan hasilnya? kamu bisa sampe kuliah begini karna pada saat itu kamu milih yang kedua ,dimana pilihan itulah yang disarankan ibumu "ungkap ayah
"Andai ibumu bisa melanjutkan pendidikannya mungkin hidup nya tidak akan sesulit sekarang " tambah Ayah .


Setelah percakapan singkat itu barulah Tara mengerti kebesaran hati Ayahnya dalam mempertahankan hubungan keluarganya . Ayahnya juga bercerita bahwa selama 25tahun lebih menjalan kan bahtera rumah tangga bersama Ibunya suka duka telah mereka lalu bersama jadi baginya sesulit apapun masalahnya insyaallah pasti ada jalan keluarnya walau kadang butuh pengorbanan yang besar seperti apa yang dilakukannya pada saat ini .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun