Seratus tahun lebih telah berlalu semenjak berdirinya Budi Utomo di bumi pertiwi, tepatnya pada tanggal 20 Mei 1908. Hari berdirinya Budi Utomo diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional setiap tahunnya semenjak Indonesia merdeka. Peringatan ini dilakukan, karena Budi Utomo dianggap sebagai pelopor pergerakan kebangkitan dalam melawan pemerintahan Hindia Belanda. Pada masa itu, perlawanan tidak dilakukan terang-terangan menentang pemerintah, tetapi melindungi rakyat, melalui organisasi-organisasi yang besar, dapat melindungi masyarakat bawah yang tidak berarti, jika mereka sendirian.
Lalu benarkah Budi Utomo sebagai pelopor awal dan apakah Budi Utomo pantas mendapat gelar sebagai simbol perlawanan dan Kebangkitan pada masa itu?
Politik etis yang dilaksanakan oleh Pemerintah Belanda pada masa-masa sebelumnya, membuat banyak pribumi yang memiliki pikiran maju, khususnya dari kalangan priyayi. Pada masa itu, banyak perkumpulan atau organisasi-organisasi yang hadir, sebagai wadah bagi para anggotanya. Masyarakat pada masa itu merasa kehadirannya yang sendirian tak akan berarti, jika dibandingkan dengan bersama-sama dalam satu organisasi.
Jika dilihat dari waktu pembentukannya, maka organisasi THHK (Tiong Hoa Hwee Koan) adalah organisasi yang pertama berdiri di bumi pertiwi. Pembentukan THHK tepatnya berdiri pada 17 Maret 1900, 8 tahun sebelum terbentuknya Budi Utomo. THHK didirikan oleh beberapa keturunan Tionghoa di Batavia untuk mendorong orang Tionghoa mengenal identitasnya. Meskipun organisasi ini adalah organisasi yang mula-mula berdiri, tetapi pembentukannya yang bukan berasal dari pribumi dan tujuan pembentukannya yang hanya untuk golongan tertentu, tidak bisa dijadikan sebagai awal dari kebangkitan nasional.
Beberapa tahun berselang setelahnya, organisasi awal bentukan pribumi akhirnya terlahir. Raden Mas Tirtio Adi Suryo adalah pendiri organisasi pertama pribumi yang bernama Sarekat Priyayi pada tahun 1906. Meskipun begitu organisasi ini menemui kegagalan dan akhirnya bubar di tahun yang sama. Kisah Tirto sebagai awal pendiri organisasi pada masa itu bisa dibaca melalui buku Sang Pemula, karya Pramoedya Anantaa Toer.
Budi Utomo adalah organisasi yang sukses berdiri dan bertahan cukup lama di waktu awal-awal masa pergerakan. Budi Utomo didirikan oleh Sutomo pada 20 Mei 1908. Organisasi ini lebih berfokus pada sosial, ekonomi, dan budaya, tanpa menyentuh ranah politik. Itulah yang menyebabkan organisasi ini bisa bertahan cukup lama tanpa diganggu oleh pemerintahan Belanda pada masa itu.
Meskipun organisasi ini dikenal luas, tapi anggota dari organisasi ini hanyalah kamu Priyayi yang berada di Jawa. Jadi tak semua orang dari berbagai kalangan atau suku bangsa yang berbeda bisa bergabung dalam keanggotaan Budi Utomo. Ketenaran Budi Utomo perlahan-lahan mulai redup bersama dengan naiknya organisasi baru yang tak mengenal batasan wilayah dan juga memperjuangkan politik bangsa pada masa itu, seperti Sarekat Islam.
Sarekat Islam atau sebelumnya Sarekat Dagang Islam, pertama kali dibentuk oleh H. Samanhudi pada tanggal 16 Oktober 1905 dengan nama awal adalah Rekso Rumekso. Rekso Rumekso didirikan di Solo sebagai wadah bagi pedagang batik pribumi untuk melindungi diri dari gempuran pedagang asing, khususnya pedagang Cina.
Pada awal berdirinya, Rekso Rumekso, dijadikan perkumpulan Ronda untuk menjaga keselamatan warga yang tinggal di sekitaran Solo. Lambat laun organisasi ini berubah menjadi organisasi yang sering terlibat perkelahian yang terus menerus dengan organisasi Cina bernama Kong Sing. Polisi Hindia Belanda yang merasa gerah dengan kehadiran organisasi yang meresahkan datang menemui organisasi ini. Ketidakamanan badan hukum, membuat organisasi ini dibubarkan pada akhirnya.
H. Samanhudi mendatangi R.M Tirto Adi Suryo untuk membuatkan badah hukum dan AD/ART, yang sebelumnya telah membuat organisasi Sarekat Priyayi. Baru pada tahun 1909, RM. Tirto Adi Suryo mendirikan Sarekat Dagang Islam (SDI) di Batavia dan H. Samanhudi di Solo. SDI yang memperjuangkan sosial dan ekonomi, bagi segala kalangan, baik yang atas maupun bawah, mengalami peningkatan keanggotaan yang pesat pada masa awal-awal berdirinya.
SDI mengalami masa kejayaannya, ketika dipimpin oleh H.O.S Tjokroaminoto. Awal bergabungnya Tjokroaminoto dengan mendirikan SDI di Surabaya pada tahun 1912. Tjokroaminoto kemudian dipilih sebagai pemimpin dan mengubah nama SDI menjadi Sarekat Islam (SI).