Korea menjadi salah satu negara yang sekarang ini digandrungi banyak orang, bukan hanya musik dan filmnya, bahkan film-film Korea (Drakor) sekarang ini bisa dibilang menyaingi film-film holywood dalam pasar film dunia. Damoak sampai membuat para remaja diberbagai belahan dunia meniru budayanya, menggunakan make up yang berasal dari sana, dan memakan makanannya. Tujuan mereka, tentunya ingin meniru perbuatan artis idola, yang mereka tonton. Pokoknya apapun yang berbau Korea pasti akan laris dibeli para anak muda ini. Lalu yang menjadi pertanyaan, bagaimana cara mereka melakukannya?
Dengan memanfaatkan ketenaran musik (K-Pop) dan film (drakor) mereka berkomunikasi dengan masyarakat dunia. Melalui industri film ini, Korea mengajak berbagai masyarakat dari penjuru dunia untuk mengenal budayanya lebih dalam. Mereka tak perlu mengeluarkan anggaran untuk mempromosikan pariwisatanya, karena melalui film dan musik itu, banyak turis yang berbondong-bondong datang ke Korea.
Selain sebagai alat untuk komunikasi keluar, film juga bisa digunakan untuk komunikasi ke dalam atau ke masyarakat di negaranya sendiri. Film bisa saja digunakan untuk mengajarkan nilai, norma, dan pengetahuan, bukan hanya sebuah kisah cinta yang begitu-begitu saja. Beberapa drama korea menunjukkan bukti, sebuah drama yang menampilkan kisah sejarah, tetapi tetap enak untuk ditonton, bahkan memiliki banyak sekali penikmat yang menikmati alur ceritanya.
Sebut saja beberapa cerita seperti The Great Queen Seon Deok, Jumong, Gyabaek, Hwarang: The Poet Warrior Youth, dan Empress Ki. Beberapa film tersebut berlatar belakarng sejarah dimulai dari dinasti Goryeo hingga dinasti Joseon. Meskipun tidak seluruhnya menampilkan fakta sejarah, drama ini harus menambahkan beberapa fiksi agar dramanya tetap hidup dan dapat dinikmati banyak orang. Walaupun begitu, film ini tetap tak kehilangan esensinya untuk mengenalkan sejarah kerajaan Korea, baik ke masyarakat dunia, maupun ke anak muda di negeri Korea sendiri.
Cara ini juga bisa digunakan untuk mengenalkan sejarah di negeri kita. Padahal sejarah negeri kita tak kalah hebat dan panjang dibandingkan sejarah Korea. Dimulai dari kerajaan Sriwijaya, Majapahit, Aceh, Mataram, hingga sejarah terciptanya republik ini. Kurangnya kita dibandingkan Korea, hanya soal bagaimana cara penceritaannya saja.
Pelajaran sejarah yang dilakukan di sekolah-sekolah, yang hanya terpaku pada tokoh dan tanggal saja, membuat pelajaran sejarah menjadi monoton dan membosankan. Seharusnya, pelajaran sejarah lebih menitik beratkan pada momen terjadinya, seperti yang dilakukan Korea pada film-filmnya.
"Bangsa yang besar adalah bangsa yang tak pernah melupakan sejarahnya," kutipan pidato Soekarno di atas menunjukkan bahwa kita dan generasi selanjutnya harus terus belajar tentang sejarah. Belakangan ini banyak anak muda yang justru semakin jauh dan melupakan sejarah kebesaran bangsanya. Untuk itu kita perlu meniru Korea agar sejarah kita memberi daya tarik sendiri bagi anak mudanya untuk mau menggali dan menikmati setiap momen yang ada di dalamnya.
Sebenarnya belakangan ini sudah banyak novel-novel dengan latar belakang sejarah di dalamnya, seperti Laut Bercerita dan Gadis Kretek. Bahkan ada cerita-cerita sejarah yang dibagikan di platform membaca gratis seperti wattpad, yaitu Kisah Cinta Raja Jawa dengan latar belakang Kerajaan Majapahit dan Cut: Perang Dalam Dendam tentang 40 tahun perang Aceh. Namun ini semua masih jauh dari kata cukup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H