Dalam rangka mengintegrasikan pendidikan yang ada di Riau, pada tahun 1963 Suman HS., mendirikan Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) menjabat sebagai ketua umum. Lembaga tersebut menjadi wadah bagi pengelolaan beberapa yasaan pendidikan sekolah dasar, sekolah mengah pertama, sekolah menengah atas, dan pendidikan tinggi. Sungguh, Suman HS adalah loyalis pendidikan sejati.
Karya-karya Suman HS., banyak digunakan sebagai bahan pengajaran di sekolahsekolah sebagai pengajaran sastra di tingkat SMP dan SMA, khususnya di daerah Riau. Pada tahun 1970 karya-karya Suman HS didistribusikan oleh pemerintah provinsi Riau. Sebuah warisan yang sangat berharga bagi dunia pendidikan sastra.
Pejuang Kemerdekaan
Suman HS., tidak hanya berjuang melalui pendidikan, ia juga berjuang melalui jalan “gerilya.” Ia rajin mengadakan pertemuan-pertemuan yang bersifat membangun nasionalisme secara diam-diam. Muhammad (2003) menyebutkan bahwa Suman HS., seringkali melakukan gebrakan untuk melawan keterkungkungan. Suatu ketika, ia pernah diperdengarkan lagu Indonesia Raya oleh guru Jawa yang berkunjung ke Siak, hal itu terlihat membangkitkan semangatnya.
Pertemuan-pertemuan yang dilakukan oleh Suman HS., ternyata diketahui oleh pihak kolonial Belanda. Hasilnya, ia diasingkan ke Pasir Pangajaran, tempat ia mengajar selama bertahun-tahun. Pada masa pemerintahan Jepang, Suman HS., pernah memprovokasi warga untuk tidak membayar upeti kepada pihak Jepang, baginya rakyat harus menjadi tuan di rumahnya sendiri. Orang-orang mulai terhasut oleh Suman dan beberapa akhirnya mulai menyembunyikan hasil ladangnya. Akibatnya, Suman HS masuk daftar hitam saat pemerintahan Jepang.
Ada hal menarik yang saat itu terjadi, yang mungkin harus sangat disyukuri Suman HS., dalam hidupnya. Orang-orang yang masuk ke dalam daftar hitam pada masa pemerintahan Jepang adalah orang-orang yang terancam mati. Biasanya, para tentara Jepang menggunakan siasat mengajak orang-orang yang masuk daftar hitam untuk berburu ke hutan, lalu menghabisinya. Beruntung bagi Suman HS., saat itu berhari-hari hujan badai terjadi sehingga usaha tentara Jepang urung dilakukan.
Suman HS., adalah seorang perjuang kemerdekaan. Saat itu tekdanya untuk melihat bangsanya benar-benar merdeka, khususnya dari segi pendidikan sangat besar. Ia pun terjun ke dunia politik. Pada tahun 1960-an karier politiknya dibangun, ia menjadi anggota Komite Nasional Indoneisa (KNI) di Rokan Kanan/Kiri Riau, lalu anggota Komando Pangkalan Gerilya (KPG), dan anggota Badan Pemerintah Tingkat 1 Riau, serta anggota DPRD Riau.
Berkat perjuangannya, pemerintah provinsi Riau memberikan penghormatan kepada Suman HS dengan mendirikan perpustakaan dengan nama “Perpustkaan Suman HS” pada tahun 2008. Bagunan besar tersebut, pada saat diresmikan memiliki 80 ribu koleksi buku. Selain itu, pada tahun 2010, walaupun sudah tiada (Suman HS meninggal pada 8 Mei 1999), ia diberi penghargaan Anugerah Sagang Kencana.
Daftar Pustaka
Elfando, Mario Excel. “Mengenang Suman Hs, Bentara Bahasa dan Pejuang Pendidikan.” (30 Mei. 2019)
Hasibuan, Elisabet. “Soeman Hs, Loyalitas Pionir Fiksi Detektif Pada Pendidikan.” (30 Mei. 2019)