Mohon tunggu...
Rafli Prasetya
Rafli Prasetya Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

saya suka irel

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Dikenangnya Katjoeng Permadi: Napak Tilas dan Upaya Mengangkatnya sebagai Pahlawan Nasional

1 Juni 2024   06:43 Diperbarui: 1 Juni 2024   06:53 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Sketsa Wajah, AP III Katjoeng Permadi dibuat berdasarkan kesaksian keluarganya

Ada yang berbeda pada perayaan HUT ke-74 Korps Brimob Polri yang diselenggarakan Satbrimob Polda Jatim. Rabu (11/6/2019), Satbrimob Polda Jatim menggelar parade pahlawan polisi, Polisi III Katjoeng Permadi di Pujon. Jalur yang diikuti Brimob dan TNI ini diakhiri dengan longmarch sejauh 68 kilometer di beberapa tempat mulai dari Kabupaten Jombang - Desa Kemiri - Kecamatan Ngantang - Desa Pandesari hingga Tugu Perjuangan Status Quo di kantor Kecamatan Pujon. Napak tilas berlangsung dari 3 November 2019 hingga 6 November 2019.

Wakapolda Jatim Brigjen Djamaludin mengatakan, napak tilas dan memorial ini akan menjadi penghormatan mengenang jasa-jasa pahlawan Bhayangkara sejati. Tokoh Katjoeng Permadi berperan besar dalam melawan penjajah dan mempertahankan kemerdekaan NKRI. Ia berharap seluruh aparat kepolisian bisa meneladani semangat Katjoeng Permadi. 

Djamaludin menampilkan pesan di peringatan medan perang dan berkomitmen seperti yang ditunjukan dalam pertempuran Katjoeng Permandi. "Untuk itu kita harus bisa mengisi kemerdekaan dengan melanjutkan pengabdian kepada masyarakat, mengedepankan pelayanan dan melindungi keamanan," ujarnya, Rabu (6/11/2019). 

Djamaludin pun dipuji oleh AKBP Budi Hermanto, Kapolres Blitar yang sebelumnya menjabat Kapolsek Batu. Sejarah Katjoeng Permadi didapat Budi saat menjabat Kapolres Batu. "Kita harus meniru serta melanjutkan perjuangan mereka. Terima kasih Kapolres Batu yang lama sudah mengaggas hal besar ini," imbuhnya. 

Bahkan, Djamaludin berbicara lebih intensif dengan pakar sejarah dan pihak terkait untuk mengusulkan agar Katjoeng Permadi menjadi pahlawan nasional. Usulan menjadi pahlawan nasional itu awalnya disampaikan Budi Hermanto saat menghadiri napak tilas di Pujon.

Kepala Satbrimob Polda Jatim Kombespol I Ketut Gede Wijatmika mengaku tertarik melakukan upacara dan napak tilas karena melihat semangat dan perjuangan luar biasa para pahlawan polisi mempertahankan kemerdekaan. "Katjoeng adalah pengantin baru tapi rela berjuang untuk negara dan bangsa mengorbankan seluruh jiwa raganya. Maka kita patut menghargai dan siap meneruskan perjuangan mengisi kemerdekaan," kata Wijatmika. 

Wijatmika juga mengingatkan, sinergitas TNI/Polri sudah terjalin sejak lama. Kisah pertarungan Katjoeng Permadi bisa menjadi contoh nyata. ia mengatakan, saat terjadi tragedi militer saat itu, polisi dan para Tentara Keamanan Rakyat (TKR) bekerja sama untuk menghentikan para penjajah. "TKR ini cikal bakal TNI. Dari sana menunjukkan sinergitas antara kepolisian dengan TNI demi menjaga NKRI sudah terbangun sejak lama dan wajib ditingkatkan," ujarnya tegas. Wijatmika menambahkan, operasi tersebut baru pertama kali dilakukan, perayaan tahunan Brimob biasanya hanya sekedar perlombaan.

AKBP Budi Hermanto selaku pencipta dan penggagas pertempuran heroik AP III, Katjoeng Permadi, menceritakan awalnya melihat tugu pertempuran yang kurang terawat di Pujon. Dia kemudian bertanya tentang monumen itu. Tugu tersebut terdiri satu orang laki-laki yang membawa satu orang. Di sebelahnya ada mobil Willys. Berdasarkan informasi yang diterima, tugu tersebut merupakan semacam penghormatan kepada salah satu tokoh perjuangan kemerdekaan, agen polisi.

Mendengar informasi tersebut, Buher, begitu ia disapa, langsung membentuk gugus tugas untuk menelusuri sejarah. "Selain merekondisi monumen, saya melaporkan ke Polda Jatim. Setelah mendapat izin kami langsung bergerak menggandeng sejarawan, pustakawan, dan masyarakat sekitar untuk menggali informasi," jelas mantan Kapolsek Batu itu. 

Katjoeng merupakan warga Pujon yang baru saja menikah saat terjadi perang. Saat itu, Belanda memperlakukan oenduduk atau petani setempat dengan kasar. Akibatnya timbul beberapa ketegangan antara pasukan Katjoeng dan Belanda. Katjoeng ditugaskan berdasarkan instruksi Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk menjaga garis demarkasi yang dikenal Garis Van Mook hasil Perjanjian Renville. Berdasarkan instruksi tersebut, polisi berada di garis depan dan pada agresi Belanda kedua langsung menangani wilayah Belanda yang saat itu terletak di kota Batu.

Pada tanggal 18 Desember 1948 pukul 23:40 WIB, Belanda mengirimkan telegram yang memberitahukan bahwa Belanda tidak lagi terikat pada Perjanjian Renville, Keesokan harinya, Belanda maju dari Batu menuju daerah Pujon. Pasukan Belanda memimpin penyerangan di bawah komandi Kapten Bosch. Belanda berpindah dari Batu ke Kasembon. Sasaran penyerangan adalah pusat pembangkit listik Mendalan di Kasembon.

Dengan senjata terbaiknya, Belanda menyerang pos status quo yang dijaga Katjoeng. Dalam pertempuran tersebut, Katjoeng tewas tertembak peluru di dadanya, begitu pula rekannya Sujadi. Katjoeng gugur membela wilayah NKR. Istrinya pun turut berduka cita karena baru saja menikah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun