Mohon tunggu...
Rafli Hasan
Rafli Hasan Mohon Tunggu... -

columnist, urban traveler, blogger

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mandulnya Program Beasiswa Mahasiswa Papua

30 Agustus 2017   12:20 Diperbarui: 30 Agustus 2017   12:48 1228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://nasional.kompas.com

Salah satu program unggulan pemerintahan Gubernur Papua Lukas Enembe adalah program beasiswa bagi pelajar dan mahasiswa yang terkenal dengan nama ADEM (Afirmasi Pendidikan Menengah) dan ADIK (Afirmasi pendidikan Tinggi) yang dimulai sekitar tahun 2013 sebagai jawaban dari amanah dana otsus yang luar biasa besarnya (sekitar 8-9 trilyun rupiah/tahun). Pemerintahan Papua bahkan mengalokasikan dana sekitar 50 milyar rupiah untuk pengiriman putra-putri terbaik papua untuk bersekolah di dalam dan luar negeri. Hingga saat ini sudah lebih dari 1000 orang telah terkirim baik di dalam dan luar negeri (Program Beasiswa di Papua Bikin Iri Daerah Ini).

Namun demikian, program yang luar biasa mulianya tersebut, harus berujung pada penodaan sistem birokrasi yang berantakan di Pemprov Papua, dimana pengiriman dana yang diperuntukkan bagi para pelajar maupun mahasiswa yang menempuh pendidikan di dalam dan luar negeri sering terlambat, bahkan hingga berbulan-bulan. Hal ini berakibat banyak pelajar maupun mahasiswa  Papua yang terancam tidak hanya dikeluarkan dari kampusnya namun juga tidak dapat membayar biaya hidup. Hal ini juga dialami oleh para mahasiswa yang menjadi bagian dari Program 1000 Doktor. Beberapa dari mereka bahkan ada yang dikeluarkan dari asrama tempat tinggalnya karena tidak mampu membayar sewa. 

Memang sih, kuliah di perantauan apalagi negeri orang banyak bergantung pada biaya pendidikan/beasiswa dari yang mengirim. Pengalaman saya pribadi, keterlambatan dana memang sudah sering terjadi bahkan hampir tiap bulannya, tetapi tidak separah teman-teman dari Papua. Yang saya alami paling beda tanggal atau minggu yang menurut saya masih wajar-wajar saja. Karena pengiriman dana sejelek2nya pada mata uang asing paling lambat di Indonesia pada pukul 11 siang dan baru bisa terkirim dan diterima besoknya. Untuk mengatasinya saat itu yaa kebanyakan dari kita bekerja sambilan, seperti pelayan restoran sampai dengan buruh pembuat jalan. Tapi pertanyaannya kalau dana tersebut terlambat selama berbulan-bulan, kemana dana tersebut dialirkan atau dimana dana tersebut mengendap?

http://nasional.kompas.com
http://nasional.kompas.com
Oleh karenanya,persoalan kasus keterlambatan pengiriman dana beasiswa Papua ini perlu mendapat perhatian penuh dari pihak kepolisian untuk diungkap dimana hambatannya dan diurai benang kusutnya supaya tidak terus menerus terjadi. Pemeriksaan Polisi atas kasus ini terhadap Gubernur Papua dan perangkat daerahnya semoga menjadi pelopor pengungkapan kasus-kasus keterlambatan dana beasiswa dan semoga tidak terjadi lagi di masa yang akan datang. 

Saya pribadi berharap, Polisi mampu untuk mengurai kasus ini dengan jelas dan transparan mengingat dampak yang dihasilkan dari keterlambatan dana beasiswa ini sangat besar. Tidak hanya berakibat drop outtetapi lebih buruk lagi memupus harapan dan cita-cita mereka yang sudah jauh-jauh berniat untuk menempuh pendidikan di negeri orang.

Salam,

Rafli Hasan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun