Mohon tunggu...
Rafli Hasan
Rafli Hasan Mohon Tunggu... -

columnist, urban traveler, blogger

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kampanye Bar-Bar Jurkam Partai Aceh

27 Maret 2014   20:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:23 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mari kita lupakan saja pemilu damai, kampanye santun dan beradab serta berbagai omong kosong pagelaran akbar demokrasi di republik ini. Kita tengok sejenak di kawasan yang mengaku sebagai Serambi Mekah, tempat lahirnya para aulia-aulia tenar di nusantara, tempat dimana para guru besar Islam dan para pahlawan mengajarkan akhlak, kejujuran dan keberanian serta sopan santun dalam kehidupan. Ironisnya, hal tersebut jauh dari realitas yang terjadi di tanah rencong saat ini.

Awal minggu ini, kampanye Partai lokal terbesar di Aceh, Partai Aceh (PA) diselenggarakan di Tanah Pasir Aceh Utara dengan menghadirkan para jurkam-jurkam dari PA pusat di antaranya; Juru bicara PA Pusat, Fachrur Razi M.IP, Bupati Aceh Utara H Muhammad Thaib bersama wakilnya, Muhammad Jamil MKes, Ketua DPRK Lhokseumawe Saifuddin Yunus atau Pon Pang, caleg DPRA, DPRK, DPRI, dan DPD yang didukung Partai Aceh.

Dalam orasinya, Fachrur Razi mengeluarkan pernyataan yang mendiskreditkan parlok lainnya yaitu PNA maupun PDA dengan mengecilkan keduanya melalui pernyataan "Siapa sich mereka? Kedua partai lokal itu padahal tidak diakui oleh dunia internasional, kecuali PA. Dua parlok tersebut yakni PNA dan PDA bagaikan partai yang tidak miliki ayah dan ibu,"

Tak mau kalah dengan kerasnya pernyataan Fachrur Razi, Jurkam PA lainnya yang juga merupakan Ketua DPRK Lhokseumawe, Saifuddin Yunus menyatakan "Partai Aceh wajib dipilih, jika tidak maka orang yang tidak pilih PA akan kita usir dari bumi Aceh ini,"

Luar biasa. Inilah tontonan demokrasi yang disertai dengan demonstrasi kebodohan para Jurkamnya. Pertanyaannya adalah, dimanakan Bawaslu? KIP? dan pengawas-pengawas lainnya? bukankah pernyataan-pernyataan provokatif sduah dilarang secara tegas dalam kampanye pemilu? Dan apakah pesan moral yang didapat dari kampanye yang menjelek-jelekkan partai lain?

Oleh karenanya, saya menyatakan di awal tadi, lupakan demokrasi yang bersih dan pemilu yang damai, Selamat datang di kawasan demokrasi Bar-Bar!!

Rafli Hasan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun