Mohon tunggu...
M. Rafli Gani Arief
M. Rafli Gani Arief Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Indonesia

Mahasiswa Ilmu Politik Universitas indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menggali Dimensi Sosial-Politik dalam Film "Eksil" dan Pandangan Marxisme - Post Marxisme

30 Oktober 2024   22:48 Diperbarui: 30 Oktober 2024   22:56 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Slavoj Žižek, seorang filsuf kontroversial yang terkenal karena kritiknya terhadap ideologi dominan, memberi kita alat untuk memahami realitas sosial dan politik yang kompleks. Dalam film "Eksil" karya Lola Amaria, refleksi Žižek terhadap ideologi sebagai fantasi bawah sadar yang menstrukturkan realitas menjadi sangat relevan.

Menurut Žižek, ideologi bukan sekadar seperangkat ide yang kita anut, melainkan struktur bawah sadar yang membentuk cara kita memahami dunia. Ideology is not a dreamlike illusion that we build to escape insupportable reality; in its basic dimension it is a fantasy-construction which serves as a support for our 'reality' itself: an 'illusion' which structures our effective, real social relations and there by masks some insupportable, real, impossible kernel (Žižek, 2009). Ini adalah "peta" yang memandu kita dalam menavigasi kompleksitas masyarakat. Dalam konteks film "Eksil", ideologi Orde Baru menciptakan realitas alternatif dimana mahasiswa yang diasingkan akibat peristiwa 1965 dianggap "tidak ada". Mereka telah dihapus dari narasi resmi dan dibuat seolah-olah tidak pernah menjadi bagian dari sejarah Indonesia. Film ini menantang penonton untuk melihat lebih jauh dari narasi resmi yang dihadirkan oleh penguasa. Melalui kisah pribadi para mahasiswa, "Eksil" mengungkap bagaimana ideologi Orde Baru tidak hanya menghapus mereka dari sejarah tetapi juga menciptakan stigma yang mendalam dan berkepanjangan. Ini adalah contoh dari apa yang Žižek sebut sebagai "fantasi ideologis" ---percaya bahwa realitas yang diciptakan oleh kekuasaan adalah satu-satunya realitas yang ada. The function of ideological fantasy is to mask this inconsistency, the fact that 'Society doesn't exist', and thus to compensate us for the failed identification (Žižek, 2009).

Žižek juga menekankan pentingnya "over-identification," atau identifikasi berlebihan, sebagai bentuk perlawanan. Dalam film tersebut, para mahasiswa tidak  pasif menerima nasibnya. Mereka berusaha untuk mempertahankan identitas dan kebenaran mereka, bahkan ketika dunia menolak untuk mengakui keberadaan mereka. Hal tersebut merupakan bentuk perlawanan terhadap ideologi-ideologi yang berusaha menghapusnya. Lebih lanjut, Žižek berbicara tentang "intepassivity", di mana subjek menyerahkan perasaan atau tindakannya kepada objek atau orang lain. Dalam "Eksil," interpassivity terjadi ketika masyarakat Indonesia yang mungkin merasa tidak nyaman dengan kebijakan Orde Baru tetap diam dan membiarkan pemerintah bertindak atas nama mereka. Hal ini menciptakan ilusi bahwa semua orang setuju dengan status quo, padahal kenyataannya mungkin berbeda.

Film "Eksil" adalah cara ampuh untuk mengeksplorasi teori Žižek. Menggabungkan kisah pribadi yang emosional dengan analisis sosial politik yang mendalam, film ini menawarkan perspektif baru tentang bagaimana kita memahami masa lalu dan bagaimana hal itu terus mempengaruhi realitas kita saat ini. Melalui kacamata Žižek, "Eksil" bukan hanya sebuah cerita tentang mahasiswa yang terasing tetapi juga tentang bagaimana kita semua sebagai individu dan masyarakat dapat terjebak dalam fantasi ideologis yang diciptakan oleh kekuasaan. Film ini mengajak kita untuk mempertanyakan kenyataan yang kita anggap remeh dan mendorong kita untuk mencari kebenaran yang lebih dalam dan benar.

Dengan demikian, "Eksil" dan pemikiran  Žižek memberi kita wawasan  berharga tentang bagaimana ideologi dapat membentuk dan terkadang mendistorsi realitas kita. Ini merupakan pelajaran penting yang dapat kita terapkan tidak hanya dalam memahami sejarah namun juga dalam menghadapi tantangan sosial dan politik saat ini.

Kesimpulan

Film "Eksil" karya Lola Amaria, melalui penceritaan yang kuat dan emosional, membuka jendela baru bagi kita untuk memandang sejarah Indonesia. Dengan mengintegrasikan teori Marxisme-Post Marxisme dan pemikiran Slavoj Žižek, film ini menawarkan perspektif yang lebih kritis dan mendalam tentang peristiwa pasca-1965. "Eksil" tidak hanya merekonstruksi narasi historis yang telah lama terpendam, tetapi juga mengajak kita untuk merenungkan tentang alienasi, identitas, dan perlawanan dalam konteks sosial politik yang lebih luas. Film ini mengingatkan kita bahwa sejarah bukan sekadar rangkaian peristiwa yang berlalu, tetapi juga sebuah mozaik dari pengalaman manusia yang terus berdampak hingga saat ini.

Refleksi atas masa lalu, seperti yang ditunjukkan oleh "Eksil", adalah langkah penting dalam membangun masa depan yang lebih adil dan inklusif. Mengingat dan memahami masa lalu memberikan kita kekuatan untuk menghadapi dan mengubah narasi yang telah tertanam, mendorong kita untuk tidak hanya menjadi penonton pasif, tetapi juga aktor perubahan. Dengan demikian, "Eksil" menjadi lebih dari sekadar film; ia adalah seruan untuk bertindak, untuk mengambil pelajaran dari sejarah dan menerapkannya dalam menciptakan realitas yang lebih baik bagi generasi yang akan datang.

Referensi

Amaria, L. (Sutradara). (2022). Eksil [Film]. [Lola Amaria Production].

Callinicos, A., Kouvelakis, S., & Pradella, L. (2020, December 29). Routledge Handbook of Marxism and Post-Marxism. Routledge.

Fromm, E. (1961). Marx's Concept of Man . Retrieved April 11, 2024, from https://www.marxists.org/archive/fromm/works/1961/man/index.htm

Žižek, S. (1998, January 1). The Interpassive Subject -- Žižek.uk. https://zizek.uk/1998/01/01/the-interpassive-subject/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun