Bisa Anda bayangkan, betapa 'risihnya' penonton melihat biduan dangdut bergoyang dengan tubuh yang cukup subur?
"Wehh kok gitu badannya, ngga ada seksi-seksinya sama sekali. Males nonton ah, pulang aja yuk!", ajak Mas Joko pada kawan-kawannya.
Pernahkah terlintas di benak Anda, dewan juri menikmati suara merdu sang biduan namun dengan menutup mata?
"... Saya suka sama suaramu. Merdu, bulat, feel-nya dapet banget. YES untuk suaramu. Tapi tadi saya merem sepanjang kamu nyanyi. BIG NO untuk tubuh suburmu. Turunin berat badan ya, biar seksi...", penggalan komentar cukup pedas yang diberikan oleh Bunda Lita Zugiarto.
Miris, ya! Hehe, lebay.
Dua konteks di atas sebenarnya hanya sebuah kiasan, sebatas perumpamaan. Walaupun kiasan, dua persoalan di atas bisa saja dialami oleh biduan dangdut Indonesia Raya. Seperti yang kita tahu, sebagian besar penonton tentu lebih suka menonton orkes dangdut dengan biduannya yang seksi nan lincah. Kebalikannya, biduan dangdut dengan tubuh cukup subur membuat penonton menjadi malas untuk melihatnya. "Turun.. turun! Ganti biduan! Lempar botol, nih!"
Nah, hal serupa dengan perumpamaan di atas ternyata dialami oleh salah seorang biduan dangdut. Dia berasal dari daerah Jawa Timur. Siapa dia? Siapa? Dia adalah. . . saya sendiri. Hiks!
...
Nama panggung saya adalah Raflesia (nama samaran). Usia saya 21 tahun. Sebenarnya saya tidak terlalu memusingkan kondisi tubuh saya yang cukup subur. Bahkan saya merasa nyaman dan bahagia dengan keadaan tubuh saya ini. Cukup subur memang, 60 kg. Namun karena tuntutan profesi sebagai biduan dangdut, ya sebisa mungkin berat badan kurang dari itu lah, agar terlihat ramping dan lincah.
Walaupun saya bahagia, namun sebenarnya ada masalah saat saya perform. Dengan berat 60 kg tersebut, saya menjadi agak risih saat bergoyang. Lemak di perut, paha, dan lengan saya seakan ikut bergoyang. Gerakan saya juga menjadi terbatas. Saya merasa kesusahan saat hendak menggapai tangan penonton yang meminta salam tempel. Hufftt.
Sepertinya penonton juga ikut risih. Walaupun mereka bergoyang, itu karena irama musik yang mengalun, bukan karena saya. Sering saya lihat raut wajah mereka yang seakan kecewa dan enggan melihat penampilan saya.