Menjadi mahasiswa adalah sebuah anugerah. Kesempatan emas ini harus dimanfaatkan oleh mahasiswa untuk berbuat baik terhadap sesama. Selain itu, salah satu komponen tri dharma perguruan tinggi harus diwujudkan oleh mahasiswa, melakukan pengabdian masyarakat. Mahasiswa diibarat sebagai pelayan masyarakat. Banyak orang menyebut mahasiswa sebagai agent of change.
Perubahan yang terjadi di masyarakat membuat mahasiswa berperan menjadi agen di dalamnya. Seorang mahasiswa bukan hanya diagung-agungkan sebagai "maha" dari siswa, melainkan juga harus mempunyai karakter yang melekat di dalam dirinya. Karakter yang harus ditunjukkan adalah karakter yang membawa perubahan dan kebermanfaatan bagi semua orang. Salah satu karakter yang harus ditunjukkan yaitu, berpikir kritis.
Pada kesempatan kali ini, penulis mengumpulkan opini dari mahasiswa dan mahasiswi yang tersebar di Indonesia. Keempat narasumber ini terhubung melalui aplikasi pesan singkat Whatsapp.Â
Opini pertama disampaikan oleh Mellysa Cahya Kartika (17). Ia merupakan mahasiswi Fakultas Hukum, Universitas Indonesia. Menurutnya, kemampuan berpikir kritis/ critical thingking adalah cara berpikir seseorang terhadap suatu masalah. "Dengan melakukan analisis dan pengumpulan terhadap informasi yang dibutuhkan dalam setiap pengambilan keputusan abis itu dibuat konsepnya, kita menalar, dan memecahkan sebuah masal, itu menurut saya" jelas Mellysa, sapaan akrabnya.
Baginya, seorang mahasiswa yang memiliki kemampuan critical thingking mampu menyimpulkan sebuah konsekuensi dari suatu masalah dan mengerti bagaimana memanfaatkan informasi yang dia punya untuk memecahkan masalah dan informasi dari sumber yang relevan dan terverifikasi data.
Rizky Bayu Dwinanda (18), mahasiswa program studi manajemen, PPM Manajemen Jakarta juga menyampaikan opininya tentang berpikir kritis untuk seorang mahasiswa. "Secara sederhana, critical thinking saya artikan sebagai proses pemikiran aktif unuk menghasilkan penilaian terhadap suatu objek yang diobservasi," tutur Rizky.
Pendapat lain juga diutarakan oleh mahasiswi program studi psikologi Universitas Tarumanegara, Devina Adelia (18). Ia menjelaskan "Menurut aku, berpikir kritis itu tidak menelan suatu informasi/berita secara mentah-mentah. Kritis menurut KBBI yaitu bersifat tidak lekas percaya yang artinya orang yang berpikir kritis selalu mencari fakta yang benar sebelum memberikan pendapat terhadap suatu masalah/informasi," jelasnya.
Menurut Devina, seorang mahasiswa harus memiliki kemampuan berpikir kritis. Baginya, Mahasiswa yg biasa berpikir kritis akan secara mendalam menggali dan memahami suatu masalah, hal itu guna untuk memutuskan suatu masalah secara bijak karena semakin dewasa tentunya akan banyak rintangan yg dihadapi dan harus tau langkah mengambil keputusan.
Di sisi lain, "Berpikir kritis adalah bisa berpikir secara tidak bias dan rasional terhadap suatu persoalan yang dikaji," kata Syafira Maharani(18), mahasiswa program studi hubungan intenasional, Universitas Airlangga. Baginya, kemampuan berpikir kritis merupakan sifat yang wajib dimiliki agar bisa membangun leadership yang akan berpengaruh untuk masa depan. " Kita bisa melihat pejabat yang mementingkan kepentingan sendiri sehingga memiliki pemikiran yang bias dan hal itu diterapkan dalam kebijakan-kebijakan yang jelas-jelas lebih menguntungkan mereka," kata Syafira.
Rizky menjelaskan bahwa kemampuan critical thingking dalam dunia pendidikan tinggi merupakan hal yang sangat penting. Hal ini karena kemampuan berpikir kritis menentukan keberhasilan mahasiswa dalam membangun pemahaman serta kritik konstruktif terhadap sebuah konsep. "Apabila seseorang memiliki kemampuan berpikir kritis, tingkat pengetahuan dan pemahamannya terhadap suatu konsep akan terus berkembang," ujarnya.
Di sisi lain, Rizky memberikan contoh untuk melatih critical thingking dengan membuat pertanyaan di dalam benak pribadi akan kebenaran konsep yang dipelajari. Selain itu, menurutnya, melatih kemampuan berpikir kritis bisa dilakukan dengan secara aktif membuat perbandingan atas opini-opini yang berkaitan dengan konsep tersebut.Â
"Contoh kecil melatih critical thingking bagiku, yaitu bertukar pendapat dengan sesama anggota organisasi," tutur Devina.
Sudah terlihat bahwa mahasiswa dituntut untuk memiliki kemampuan berpikir kritis. Hal ini sangat membawa manfaat bagi dirinya dan orang lain. Terutama, sikapnya dalam memandang sebuah isu di masyarakat. Dengan berpikir kritis akan suatu hal, nantinya, mahasiswa tidak akan mudah terprovokasi akan hal-hal yang menyesatkan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H