Mohon tunggu...
Rafi Rahman Hafiz
Rafi Rahman Hafiz Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa universitas Muhammadiyah Jakarta

Mahasiswa pengejar sarjana S1 universitas Muhammadiyah Jakarta fakultas ilmu sosial dan ilmu politik.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Netizen Belum Bisa Move On dari "Anak Abah"

20 November 2024   02:46 Diperbarui: 20 November 2024   04:29 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto meme "Mas Anies" saat pilpres 2024.

Istilah "anak abah" menjadi populer saat pilpres 2024 lalu, istilah "anak abah" merujuk pada pendukung setia capres Anies Rasyid Baswedan atau capres 01, sebutan tersebut masih terdengar hingga saat ini meskipun pemilu telah berakhir, kelompok "anak abah" ini masih ada di momentum pilkada DKJ.

Asal usul "anak abah" ini berawal dari sebuah podcast Merry Riana yang menghadirkan Anies Baswedan sebagai pembicara, Anies Baswedan meminta Merry Riana memanggil dirinya "abah" dan sejak saat itu istilah "anak abah" melekat pada pendukung Anies Baswedan hingga sekarang.

Dalam kacamata komunikasi politik, fenomena netizen yang belum mau move on dari "anak abah" tersebut karena memang dinilai fanatik pada calon pemimpinnya walaupun hal tersebut sama di lain pihak, mereka tidak terima atas kekalahan pasangan capres-cawapres nomor 1 dan menuduh Prabowo-Gibran melakukan kecurangan dalam pilpres , mereka juga menyebut Gibran Rakabuming Raka sebagai "anak haram konstitusi" sampai seruan coblos 3 calon gubernur Jakarta sebagai ungkapan kekecewaan "anak abah" tidak bisa masuk kembali ke pemilihan gubernur.

Namun belakangan ini pasca pilpres, penggunaan "anak abah" menjadi ungkapan yang bersifat ofensif terhadap suatu individu di sosial media secara personal seperti banyak contoh kasus, orang yang mengkritisi pemerintah akan dikatai "anak abah" walaupun individu tersebut belum tentu bagian dari fanatisme Anies.

Sampai saat ini netizen saling lempar umpatan satu sama lain diantara kubu "anak abah" dan netizen yang kontra, tentunya, umpatan tersebut keluar bisa karena kelakuan "anak abah" tersebut ataupun individu yang memang sedang mencari sensasi di sosial media yang membuat naik pitam banyak orang.

Sebagai informasi, kasus serupa pernah terjadi di momen pilpres 2019 antara "kadrun dan cebong", kasus saling lempar hinaan tersebut bukan hanya dari pendukung fanatik suatu pihak, namun ada campur tangan buzzer yang berusaha mengacaukan kerukunan bangsa dalam berpolitik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun