Kata “Stunting” mungkin terdengar asing bagi sebagian orang, tidak terkecuali orang tua yang memiliki seorang anak. Singkatnya stunting adalah kondisi yang dialami oleh anak umur di bawah 5 tahun, berupa anak-anak yang terlalu pendek untuk usianya akibat kekurangan gizi. Satu hal yang harus diperhatikan, yaitu anak yang pendek belum tentu stunting, akan tetapi anak yang stunting sudah pasti pendek. Angka prevalensi stunting di Indonesia sendiri cukup tinggi, yaitu 24,4 persen menurut Kemdikbud. Hal tersebut masih di atas angka standar yang ditentukan oleh WHO (World Health Organization).
Mahasiswa KKN (Kuliah Kerja Nyata) Tematik UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) kelompok 49, melaksanakan tugasnya di salah satu wilayah Kota Bandung, yaitu Kelurahan Cibaduyut yang terkenal akan penjualan sepatu sekaligus tempat penulis dan kawan-kawan KKN tinggal. Kegiatan ini dilakukan dari bulan juli hingga agustus, kurang lebih sekitar 40 hari dengan salah satu kegiatannya dilakukan di RA Daarun Nisa. Tentu saja dengan seizin pengurus atau pemilik dari TK tersebut. Tema yang diusungkan untuk kegiatan KKN Tematik ini yaitu “Kelurahan Tanpa Kelaparan”.
Seperti yang telah disebutkan, bahwa tema yang diusungkan adalah “Kelurahan Tanpa Kelaparan”, maka kegiatan yang dilakukan bukan hanya mengenai prevalensi stunting. Tapi topik yang akan penulis bawakan akan berfokus pada tema stunting. Kegiatan ini sangat penting dilakukan, demi meningkatkan gizi masyarakat di Indonesia khususnya di wilayah tempat penulis tinggal, Cibaduyut.
Banyak kegiatan yang dilakukan di RA Daarun Nisa oleh mahasiswa dari UPI ini. Hari pertama misalnya, para mahasiswa melakukan sosialisasi langsung kepada para orang tua yang hadir di TK dengan jumlah sekitar 70 orang dengan sasaran utama yaitu orang tua yang memiliki anak dan ibu hamil. Sosialisasi yang dibagikan berkaitan dengan pentingnya gizi bagi anak demi kesehatan mereka. Salah satu topik yang disosialisasikan yaitu pengetahuan mengenai stunting dan pencegahannya. Meskipun sosialisasi yang diberikan tidak terlalu lama, tetapi hal ini disambut baik oleh para orang tua yang hadir. Tidak lupa di akhir acara terdapat adanya sesi pertanyaan untuk peserta. Tentu ada hadiah bagi peserta yang berhasil menjawab.
Kegiatan di hari-hari selanjutnya, para mahasiswa UPI yang bertugas di Cibaduyut ini, melakukan pendataan kepada anak-anak langsung dengan menghitung tinggi badan, berat badan, dan juga lingkar kepala mereka. Hal ini dilakukan setiap hari untuk setiap kelas yang berisikan kurang lebih 20 anak-anak.
Tidak lupa adanya kegiatan olahraga pagi bersama para anak-anak TK guna membiasakan gaya hidup yang sehat. Dengan gizi yang baik dibarengi dengan gaya hidup yang sehat, maka kondisi seperti stunting pada anak-anak bisa dicegah.
Mengikuti kegiatan pendataan tersebut, para mahasiswa juga memberikan rekomendasi sebuah buku. Buku yang direkomendasikan kepada pemilik TK ini, berkenaan tentang referensi tumbuh kembang si anak. Masa anak-anak yang bisa dibilang “Masa Emas”, sangat penting untung diperhatikan.
Data yang berhasil diidapatkan, kemudian dihitung dengan kalkulator BMI dan disesuaikan dengan Permenkes No 2 (Standar Antropometri Anak). Hasilnya dapat diketahui bahwa tidak ada anak-anak yang mengalami stunting di TK RA Daarun Nisa, meskipun terdapat beberapa anak yang mengalami kekurangan gizi karena kondisi lahir seperti prematur.
Apa berdasarkan hasil data tersebut, Kelurahan Cibaduyut bersih dari anak-anak yang stunting? Hal ini belum bisa dipastikan. Akan tetapi dengan adanya kegiatan tersebut, dapat kita ketahui bahwa anak-anak di Kelurahan Cibaduyut tumbuh dan berkembang dengan baik.
Selain pendataan yang dilakukan di RA Daarun Nisa, para mahasiswa UPI juga melakukan sosialisasi, observasi, edukasi, pendampingan dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) di berbagai posyandu di wilayah Cibaduyut. Hal ini dilakukan dengan melaksanakan program kerja yang telah direncanakan dan pembagian pamflet kepada ibu-ibu yang hadir di Posyandu.
Berkenaan kembali dengan pencegahan stunting, hal ini bisa dilakukan dari sejak dini. Terutama sejak Si Ibu masih mengandung. Dengan makanan yang sehat dan bergizi, maka bayi dalam kandungan pun bisa berkembang dengan baik. Tidak berhenti di situ, ketika bayi lahir pun harus diperhatikan gizi makanan si anak. Selain makanan, lingkungan tempat si kecil bermain juga harus diawasi. Jangan sampai anak-anak kita bermain di tempat yang tidak layak jadi tempat untuk bermain. Oleh karena itu, kita sebagai orang tua harus memerhatikan si anak dengan sepenuh hati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H