Mohon tunggu...
Muhammad Rafiq
Muhammad Rafiq Mohon Tunggu... Jurnalis - Bersahabat dengan Pikiran

Ketua Umum Badko HMI Sulteng 2018-2020 | Alumni Fakultas Hukum Universitas Tadulako | Peminat Hukum dan Politik | Jurnalis Sulawesi Tengah

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Menpora, Lebih Baik Arief Rosyid Hasan

2 Agustus 2019   13:36 Diperbarui: 2 Agustus 2019   13:40 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama menjadi aktivis HMI, tidak sedikit sumbangan gagasan dan sampai saat ini masih terasa. Jika mau merunutkan satu per satu, baiknya berdiskusi secara langsung. 

Selain konsen pada bonus demografi, khusus kepada pemuda muslim diajak untuk kembali ke masjid. Pemikiran itu mengingatkan saya saat aktif di Pelajar Islam Indonesia (PII) 2009 lalu tentang gerakan kembali ke masjid. Saya memandang, revelansi masjid dan pembangunan terletak pada aspek meletakkan sisi religius dalam membangun Indonesia. 

kabarjakarta.Com
kabarjakarta.Com
Dalam islam, jelas bagaimana suatu bangunan kehidupan harus berpijak pada landasan religius. Apalagi di tengah gesekan ideologi saat ini, mengantarkan Islam pada posisi paling paling dibicarakan. 

Lihat bagaimana perbedatan internal tentang khilafah dan islam yang sebenarnya. Kondisi itu juga mengingatkan kita pada perdebatan founding father dan tokoh muslim dan mengerucut pada pada penguatan konsep beragama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Pada aspek teknologi, Anggota Dewan Nasional Pergerakan Indonesia Maju (DN PIM) itu mengingatkan masih adanya kesenjangan antara generasi muda yang tinggal di perkotaan dan pelosok daerah. 

Dalam renungannya, bangsa Indonesia masih menghadapi permasalahan akses pemanfaatan teknologi bagi segelintir anak muda. Mestinya pemanfaatan teknologi harus tersebar merata dan bukanya hanya terfokus pada anak muda di perkotaan. 

Singkatnya, kabinet Joko Widodo perlu disegarkan dengan pemikiran muda seperti itu. Gagasan Arief Rosyid Hasan di atas hanyalah sedikit sampel untuk dijadikan wacana mengapa harus dirinya mengendalikan segmen gerakan pemuda. Posisi Menpora dapat bilang cocok untuk gaya seperti Arief Rosyid Hasan. 

Memang dalam perjalanan panjang ada saja suara - suara sumbang yang tugasnya menilai dan mengganggap. Tapi itu hanya suara sumbang, tidak perlu dikhawatirkan. Perlu jadi catatan hari ini, menteri milenial harus duduk dalam kabinet untuk segmen gerakan pemuda. 

Kalau harus diisi dengan nama-nama profesional, harus dibidang kepemudaan. Bukan sekadar ahli mengeksekusi program, tapi perlu ada pemikiran dari yang berpengalaman. Memakai pemikiran itu, sungguh tidak enak rasanya jika menyebut Arief Rosyid Hasan sebagai calon menteri profesional dibidang kepemudaan.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun