Mohon tunggu...
Muhammad Rafiq
Muhammad Rafiq Mohon Tunggu... Jurnalis - Bersahabat dengan Pikiran

Ketua Umum Badko HMI Sulteng 2018-2020 | Alumni Fakultas Hukum Universitas Tadulako | Peminat Hukum dan Politik | Jurnalis Sulawesi Tengah

Selanjutnya

Tutup

Sosok Artikel Utama

Menilik Ketajaman Argumen Jokowi-Prabowo

16 Januari 2019   01:09 Diperbarui: 16 Januari 2019   07:40 1391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Tribunnews.com

Dalam pertarungan debat nanti, argumentasi sipil jadi lebih mudah dipahami. Sebab, argumentasi semacam ini mudah ditemukan dalam dialog masyarakat mereka sehari-hari. Sehingga, tidak sulit seorang sipil mengutarakan pokok pikiran tentang bangsa. Untuk mematahkan argumentasinya  lawan, cukup menggunakan data dan aturan yang ada.

Niccolo Machiavelli berpendapat bahwa kehidupan dan kebesaran suatu negara hanya terjamin jika kekuatan militernya mendapat tempat yang layak dalam susunan kehidupan politik.

 Ditambah lagi dengan pokok pikira, saya fikir cukup meyakinkan. Tidak perlu menggunakan kalimat idealis, justru ini bisa mengubah cara pandang bangsa Indonesia terhadap sosok figur seorang sipil. Argument seorang Jokowi misalnya, mudah dicermati. Penggunaan bahasa merakyat, pandangan kongkrit, dan tidak berbelit-belit. Banyak contoh arumentasi dalam kehidupannya yang bisa kita petik.

Meskipun perbedaan keduanya sangat mencolok, pertarungan argumentasi harus berada pada jalur keilmuan. Mampu menjawab segala masalah aktual di lapangan. Tapi dengan catatan, tidak hanya mahir dalam  berargumentasi, tetapi juga piawai menggunakan bahasa masyarakat untuk mengenalkan visinya keseluruh bangsa Indonesia dan dunia.

Menghadapi tema debat nanti, ketajaman argumentasi sangat dibutuhkan capres. Sebab, argumentasi terlalu keras, dapat mempengaruhi jiwa dan pikiran bangsa Indonesia. Ketakutan mengganggu jiwa mereka. Jadi seorang-olah berada di zaman perang. 

Di balik itu pula, bisa jadi semua kalimatnya hanya syurga telinga belaka, tidak konkrit dan terlalu general. Demikian, kalau argumentasi terlalu lembek, bisa membuat bangsa Indonesia merasa tidak yakin serta menganggap capres itu tidak tegas dalam pengambilan keputusan. Mudah dipengaruhi dan dikendalikan.

Ilustrasi: ngopibareng.id
Ilustrasi: ngopibareng.id
Eksploitasi Humor dalam Debat 

Antara kata dan perbuatan tidak terpisah dari kapasitas seorang pemimpin dalam mengendalikan pemerintahan lima tahun ke depan. Cara bicara cukup menggambarkan akan jadi apa Indonesia lima tahun kedepan.

Dalam penyusunan visi dan misi tidak sekadar berisi pokok pikiran pembangunan.  Tapi, menyusun metode menyampaikan pokok pikiran pembangunan. Walau sebagus apapun visi dan misi tersebut, jika penyampaiannya terlalu kaku, tegang, tidak akan efektif tersampaikan kepada bangsa Indonesia. Sifat humoris jadi kebutuhan penting dalam debat nantinya. 

Menurut penelitian konsultan SDM internasional Hay Group, tipe kepemimpinan atau manajemen paling efektif pada era sekarang adalah yang bisa menimbulkan rasa humor. Itu artinya, penggunana humor dalam argumentasi bisa menenangkan urat syarat yang sedang tegang menghadapi berbagai tema debat.

Namun, pengguna humor jangan sampai bebas-nilai. Harus didukung teori dan logika yang memadai. Jangan sampai, humor bisa menurunkan kewibawaan seorang calom pemimpin. Khususnya, pokok pikiran pembangunan dalam visi dan misi tidak tersampaikan dengan efektif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun