Mohon tunggu...
Muhammad Rafiq
Muhammad Rafiq Mohon Tunggu... Jurnalis - Bersahabat dengan Pikiran

Ketua Umum Badko HMI Sulteng 2018-2020 | Alumni Fakultas Hukum Universitas Tadulako | Peminat Hukum dan Politik | Jurnalis Sulawesi Tengah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Akhir dari Sebuah Kasus

22 Oktober 2017   22:40 Diperbarui: 22 Oktober 2017   22:44 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sidang saya tunda beberapa bulan depan." Sidang pun langsung ditutupnya.

Orang-orang dalam sidang tadi berteriak, ada yang berlari seakan-akan ingin melempar Pak Hakim yang mulia. Sungguh tidak ada penghargaan kepada Pak Hakim yang mulia.

Hati Pak Hakim yang mulia pun bergetar, hampir saja meneteskan air mata. Hmmmm,,! Ia membuang nafasnya dengan halus. Bayangkanlah, jika kasus ini terbongkar, pasti semuanya ricuh dan gedung ini dipenuhi ujaran kebencian.  

Pak Hakim terus digendong dan dilindungi pengawal menuju mobil pribadinya.  Sesampainya di mobil, ia langsung berangkat menuju rumah. Ditengah penjalanan, ia pun disambut dengan kemacetan yang luar biasa. Pak Hakim bercengkerama dengan supirnya. Ia masih berfikir kasus tadi, mengapa bisa ia melakukan hal yang sama. Sopir itu pun menarik dafas dalam-dalam dan membuagnya perlahan-lahan. Seakan-akan ingin mengatakan satu kalima, "Gara-gara kentut si Bolong, urusannya jadi rempong begini." Pak Hakim sudah tertidur pulas. Sidang kali ini sangat melahkan, kasus Bolong kentut di ruang rapat siswa bersama guru membuatnya pusing tujuh keliling. Gara-gara kentut, semua guru harus angkat bicara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun