Mohon tunggu...
Muhammad Rafiq
Muhammad Rafiq Mohon Tunggu... Jurnalis - Bersahabat dengan Pikiran

Ketua Umum Badko HMI Sulteng 2018-2020 | Alumni Fakultas Hukum Universitas Tadulako | Peminat Hukum dan Politik | Jurnalis Sulawesi Tengah

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Tradisi Coret Seragam Hingga Konvoi di Kota Palu

3 Mei 2017   12:31 Diperbarui: 3 Mei 2017   18:40 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin, tepatnya Selasa (2/5/2017) hari yang sangat ditunggu oleh siswa SMA/SMK/MA se antero negeri ini. Bagaimana tidak, bertepatan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) pengumuman hasil kelulusan Ujian nasional (UN) SMA/SMK/MA diumumkan serentak di seluruh Indonesia. Seiring itu pula tradisi corat-coret seragam hingga rambut pun terjadi, termasuk Kota Palu.

Entah kapan dimulainya kebiasaan tersebut, dari jaman dulu kebiasaan corat-coret baju telah ada. Sebagian orang mengatakan bahwa fenomena corat-coret baju saat pengumuman lulus adalah sebagai budaya dan sebagai kenangan indah bagi mereka. Tapi hal seperti itu, bukan merupakan budaya dan kenangan, tapi sebagai kebiasaan buruk yang harus ditinggalkan.

Bukan hanya corat-coret, aksi jalanan alias konvoi juga telah menjadi “ritual” wajib yang dilakukan siswa setelah pengumuman kelulusan UN.

Meski telah dihimbau sebelumnya untuk tidak melakukan aksi corat-coret dan konvoi, namun sejumlah siswa SMA/SMK di Kota Palu tetap saja melakukan aksi corat-coret baju seragam dan konvoi kelulusan di jalanan bagai budaya tradisi bagi anak-anak SMA sederajat setelah mendengar pengumuman kelulusan di sekolah masing-masing di hampir semua sekolah yang ada di Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah.

Kelulusan itu dapat dikatakan sebagai nikmat dan keberuntungan bagi peserta didik setelah menempuh Ujian Nasional (UN) dari akhir sebuah perjuangan panjang.

Suasana corat-coret baju seragam dan konvoi sepeda pelajar SMA sederajat di Kota Palu terjadi pada Selasa  (2/5/2017) pukul sekitar pukul 17.00 hingga malam hari.

Dengan penuh keceriaan atas kelulusan setelah selama tiga tahun mengikuti pendidikan di sekolahnya, mereka bangga dengan baju penuh corat coret warna-warni cat di atas kendaraan bermotor roda dua konvoi di jalan-jalan Kota Palu.

Berdasarkan hasil pantauan Sulteng Raya, meski piohak skeolah telah melakukan berbagai langkah mencegah corat-coret dan aksi konvoi, namun tetap saja hal tersebut terjadi, seperti yang dilakukan sejumlah siswa di depan SMKN 1 Palu.

Salah seorang siswa SMK 1 Palu yang enggan menyebutkan namanya mengungkapkan aksi ini bagian dari rasa senang kala lulus UNBK. “Kami senang dan gembira lulus ujian,” ungkapnya.

Aksi corat-coret berlanjut dengan melakukan aksi konvoi. Pihak kepolisian pun berhasil menertibkan sejumlah siswa di perempatan lampu merah Mohammad Hatta.

Di tempat lain aksi konvoi dan corat-ceret tetap berlanjut, seperti di kawasan STQ. Hingga menjelang Maghrib, siswa berkumpul di penggaraman dan kembali melakukan konvoi menuju STQ. Namun, aksi ini sempat dibubarkan masyarakat dengan menyiram siswa menggunakan air got.

Salah seorang siswa SMKN 7 Palu  mengatakan aksi konvoi ini adalah momentum setahun sekali jadi harus dirayakan. Namun ia tetap menolak melakukan corat-coret.

“Begitu sudah, yang begini itu setahun sekali. Tapi saya tidak suka coret baju,” kata siswa yang enggan namanya dikorankan.

Namun, ungkapan berbeda dari salah seorang siswa SMAN 1 Palu, Erdin. Ia mengaku tidak menyukai adanya aksi konvoi dan coret baju. Menurutnya, hal ini tidak menunjukkan sikap yang baik sebagai siswa.

“Saya senang merayakan kelulusan dengan berfoto bersama teman-teman,” kata Edwin.

Pada dasarnya aksi corat-coret baju seragam sekolah pada saat pengumuman kelulusan ujian Nasional (UN) untuk tingkat SMA sederajat adalah merupakan kebiasaan buruk yang terjadi secara turun temurun.

Perlu disadari bahwa tradisi itu sebenarnya sudah mencerminkan kita sebagai generasi yang penuh dengan sifat hura-hura dan tidak mempedulikan orang lain. Bukankah lebih baik baju seragam itu dikumpulkan dan nantinya disumbangkan kepada adik kelas atau mereka yang lebih membutuhkan?. ***

Sumber: SULTENG RAYA, 3 MEI 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun