Mohon tunggu...
Rafi Nuryantoro Putri
Rafi Nuryantoro Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Catatan dalam Film Interstellar: Benarkah Waktu dan Ruang Itu Relatif?

26 Desember 2022   14:00 Diperbarui: 26 Desember 2022   14:03 2058
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1 jam sama dengan 7 tahun. Kebayang ngga, tuh? Ngedip di galaksi lain, udah setara dengan beberapa hari di bumi kita ini. Itu yang membuat film ini menjadi salah satu fiksi-ilmiah terbaik sepanjang masa.

Catatan dari film ini mengajak para penontonnya, memahami teori bahwa “waktu itu relatif”, bisa jadi cepat, lambat, maju, atau mundur. Bahkan, semua fenomena yang ditampilkan, dapat dijelaskan secara ilmiah; sampai dibuat buku yang berjudul “The Science of Interstellar” oleh Kip Thorne. 

Penulisnya adalah seorang professor fisika peraih nobel dari Institute Technology of California, yang juga terlibat dalam pembuatan film, funfact: Kip Thorne adalah teman dari Stephen Hawking, fisikawan teoretis sekaligus kosmolog yang berkontribusi besar dalam bidang kosmologi, gravitasi, dan teori kuantum. Singkatnya, Stephen Hawking adalah ilmuwan jenius setara Albert Einstein yang kisahnya pernah diangkat dalam sebuah film “The Theory of Everything”.

Sebagai pengingat, tulisan ini bukanlah promosi film dari “Interstellar”, tetapi ilmu teori relativitas di dalamnya, merupakan hal menarik yang selalu ramai diperbincangkan oleh fisikawan dari ke masa ke masa.

Kip Thorne, seorang pakar fisika peraih nobel dan Christopher Nolan, sutradara yang kita ketahui sangat idealis, mereka berkolaborasi membuat film ini yang bukan hanya jenius dari sisi ceritanya, tetapi juga akurat secara ilmiah. 

Black Hole Gargantua digambarkan dari rumus gravitasi Einstein yang ditulis ulang oleh Kip Thorne, digunakan untuk melihat bagaimana black hole sebaiknya ditampilkan di layar. Oleh karenanya, banyak ilmuwan menjadikan gambaran black hole tersebut sebagai rujukan untuk dikaji dimana-mana.

Lalu, bagaimana cara black hole mengubah waktu dari 1 jam menjadi 7 tahun?

Ada dua istilah yang harus dipahami terlebih dahulu: gravitasi dan relativitas. Gravitasi adalah sesuatu yang dapat bergerak melintasi dimensi seperti waktu. Gravitasi dan relativitas merujuk pada satu teori terkenal dari Einstein, yang ditulis dalam bukunya berjudul “General Relativity”. Teori ini dapat merubah cara pandang kita terhadap ruang dan waktu, bahwa ruang dan waktu tidak akan sama di setiap tempat. 

Para ilmuwan menggambarkannya seperti trampoline, jika kita letakkan bola berat di tengahnya, maka bola-bola kecil di memutarinya, akan berbelok seakan tertarik mengitari bola besar, ini yang disebut gravitasi versi Einstein. Hal tersebut yang membuat planet-planet mengitari matahari, dan berlaku untuk seluruh alam semesta.

Lalu, apa hubungannya dengan waktu?

Waktu tidak dapat dipisahkan dari ruang, itulah mengapa disebut space-time atau ruang waktu. Dalam trampoline tadi, karet trampoline mewakili lembaran ruang sekaligus waktu, artinya waktu seperti karet yang dapat merenggang akibat hadirnya benda bermassa besar seperti matahari. 

Mungkin kita tidak dapat merasakannya di bumi, karena gravitasinya sangat kecil untuk merasakan perbedaan waktu. Tetapi lain ceritanya jika seseorang mendekati black hole, waktu akan berubah, gravitasi akan tertarik setara dengan tiga kalinya tarikan gravitasi matahari. 

Black hole adalah benda angkasa yang massanya jutaan kali lebih besar dari matahari, gravitasi yang sangat besar akan sangat mudah menarik semua benda di sekitarnya, termasuk cahaya. Black hole membuat ruang dan waktu melengkung begitu hebatnya, sehingga waktu di bumi melambat sangat signifikan.

Ada diskusi menarik juga bagi para ilmuwan yaitu apa yang akan terjadi jika seseorang jatuh ke dalam black hole, yang pasti… jika tidak mati maka ia akan menemukan misteri besar tentang alam semesta.

Dalam kaitannya dengan agama, ada satu peristiwa Rasulullah yang di tahun itu juga beliau kehilangan pamannya Abu Thalib, dan istrinya Khodijah, lalu Jibril mengajak Rasulullah perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, peristiwa Isra’ Mi’raj. Setelahnya, Rasulullah diangkat melalui kendaraan buraq menuju langit ke tujuh dan Sidratul Muntaha. 

Perlu kita ingat juga, Rasulullah melakukannya dengan mukjizat dari Allah, hanya dalam satu malam. Bagi kaum Quraisy keesokan paginya ketika Rasulullah menceritakan perjalanan tersebut, seluruh Mekkah menyebutnya orang gila, hingga Abu Bakar membelanya. Untuk sebagian orang peristiwa ini sangat mustahil dan sulit dijelaskan dengan sains, namun “teori relativitas”… sekali lagi, membuktikan bahwa waktu dan ruang itu relatif, membuat gravitasi lapisan-lapisan galaksi di luar bumi melengkung begitu hebatnya.

Meski tidak sepenuhnya perhitungan sains dianggap benar dalam patokan sekian tahun Einstein, hal ini memberikan pengertian bahwa hari, bulan, dan tahun yang dilewati seseorang di dunia, tidaklah sama perhitungannya seperti matematika Tuhan. 

Dalam Islam, ada sebuah surat dalam Al-Qur’an yang mengatakan bahwa satu hari di akhirat, setara dengan seribu tahun di dunia, QS. Al-Hajj ayat 47 mengatakan, “Dan mereka meminta kepadamu (Muhammad) agar azab itu disegerakan, padahal Allah tidak akan menyalahi janji-Nya. Dan sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.”

Mungkin kita akan berpikir, tinggal di akhirat literally seribu tahun seperti kita menghabiskan waktu kita di bumi, tetapi “teori relativitas” juga mempertajam pemahaman kita bahwa gravitasi yang menggerakan ruang dan waktu di bumi ini sangatlah kecil, sehingga perubahan signifikan di galaksi lain tidak akan kita sadari pergerakannya. Lalu, mana yang benar? Wallahua’lam.

Kembali lagi pada film “Interstellar”, dibandingkan mencari tempat tinggal baru di planet lain karena krisis ekologi yang terjadi, alangkah baiknya jika kita melestarikan lingkungan di bumi. 

Pesan di dalamnya jelas, manusia harus memiliki awareness lebih terhadap alam di sekitarnya, karena bumi kita sudah terlalu tua untuk ditinggali sejak masa dinosaurus saling bertengkar. 

Jika kita tidak lagi peduli pada perbaikan hutan, kebersihan air, penghijauan lingkungan, maka kelak anak cucu yang akan menanggung akibatnya: krisis iklim. Tenggelamnya negara yang sudah diprediksi oleh PBB karena rendahnya daratan bukan lagi sebuah wacana. Suatu hari nanti, mungkin krisis iklim ini akan berubah menjadi krisis sosial dan perekonomian terganggu, lalu yang terburuk: badai membuat teknologi tidak lagi berfungsi.

Peran masyarakat Indonesia dipertanyakan, karena negara ini setidaknya menyumbang hutan kepada jantung dan paru-paru penghijauan pada dunia. Perubahan kecil dapat dimulai dari penanaman satu pohon satu manusia, atau yang sering kita jumpai… kaum ecogreen biasanya membawa kantong kain ketika belanja, ada juga yang mengganti plastik dengan botol tumblr kekinian, belum lagi sedotan super besar mereka. Yang jelas mereka itu respect dan berusaha ramah lingkungan, karena once again, lebih mudah kita menerima informasi kelas kuliah libur, atau UAS ditiadakan diganti dengan penugasan daripada merubah isi kepala.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun