Seorang Muslim berkewajiban untuk menjaga integritas dan moral dalam semua tahapan pemilu, mulai dari kampanye hingga pemungutan suara. Islam mendorong transparansi, kejujuran, dan moralitas tinggi dalam berpolitik serta memainkan peran yang bersih dan etis dalam pemilu adalah kewajiban moral bagi seorang Muslim. Dalam konsep demokrasi, penyebaran berita hoax, informasi palsu, kampanye negatif dengan mengolok-olok calon pemimpin lain, konflik, dan tindakan curang lainnya di dalam pemilu sangat tidak mencerminkan ajaran agama Islam dan menyalahi prinsip demokrasi dalam Pemilu. Pemilu pada konteks tersebut bukan lagi menjadi pesta rakyat atau pesta demokrasi, melainkan menjadi pesta partai politik, yang tidak lagi mengindahkan nilai agama dan moral. Oleh karena itu, umat islam harus dibekali dengan karakter etika yang kuat agar proses pesta demokrasi ini bisa terlaksana tanpa adanya kecurangan sehingga memenuhi prinsip jujur dan adil.Â
Di musim pesta demokrasi ini, sering kali memunculkan perbedaan pendapat yang kuat di antara masyarakat. Sesama umat islam kita juga harus menerima dan menghargai pendapat satu sama lain. Ketika seseorang berbeda pilihan dengan kita, maka kita harus menghormati keputusan tersebut. Seorang Muslim harus belajar untuk menghormati perbedaan pendapat, mempromosikan dialog yang konstruktif, dan mencari solusi yang membawa kebaikan bersama. Hal ini sejalan dengan ajaran Islam mengenai perdamaian dan kerja sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H