Alhamdulillah, sudah tiga puluh hari kita telah berhasil melewati bulan suci ramadan. Bulan suci yang datang hanya sekali dalam satu tahun ini telah pergi meninggalkan kita pada tahun ini. Pada bulan ini, hampir seluruh umat muslim mendapat atmosfer baru untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Semua semangat baru itu didapatkan pada bulan ramadan yang penuh berkah ini.Â
Semangat itu didapatkan dari ibadah spesial yang hanya kita lakukan sekali selama satu tahun. Selain itu, semangat ramadan juga didapatkan oleh penulis dari event "Kompasiana : Tantangan 33 Hari Menulis Kompasiana" ini. Berkat event ini, penulis mendapatkan banyak pengalaman dan dapat berkembang menjadi penulis yang lebih baik.
Namun, banyak orang yang semangatnya saat bulan ramadan ikut pergi seiring berlalunya bulan ramadan. Padahal, seharusnya bulan ramadan menjadi batu loncatan bagi kita untuk mendapatkan semangat baru dan menjadikannya semangat yang akan dimiliki selamanya meski bulan ramadan telah pergi.
Pada bulan ramadan, kebanyakan dari kita mendapatkan semangat untuk beribadah lebih giat dan mengingat Allah lebih dari bulan -- bulan yang lain. Sayangnya, setelah bulan ramadan berlalu, semangat beribadah tersebut juga ikut pergi. Semangat itu harusnya kita jaga sehingga kedepannya, kita tetap giat beribadah walaupun bulan ramadan telah tiada. Penulis memiliki pengalaman tentang hal ini dan akan bercerita sedkit tentang fenomena hilangnya semangat ramadan ketika bulan ramadan berlalu.
Di saat bulan Ramadan mendekat, seluruh media, mulai dari televisi, radio, maupun media massa lainnya mengumandangkan lagu -- lagu yang bertema islami ataupun shalawat. Hal ini adalah salah satu semangat ramadan yang memiliki dampak positif bagi masyarakat. Dengan lagu dan shalawat tersebut, para pendengar dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Setelah menginjak bulan ramadan, seluruh media massa memberikan sajian yang berkaitan dengan bulan ramadan. Televisi menyiarkan acara yang bertema ramadan. Berita -- berita menyiarkan kabar tentang bulan ramadan. Bahkan game yang ada juga memberikan event -- event tentang ramadan. Semangat ramadan dapat kita rasakan dimana -- mana saat bulan ramadan telah datang.
Namun, saat bulan ramadan mulai pergi meninggalkan kita, semangat ramadan juga ikut memudar. Hal ini penulis amati pada masjid tempat penulis melakukan tarawih. Pada awal ramadan, masjid penuh dengan jama'ah baik orang tua maupun anak -- anak. Sebaliknya, pada akhir ramadan, masjid hanya terisi dua shaf. Selain itu, tidak sedikit orang yang mulai tidak berpuasa ketika ramadan ingin meninggalkan kita. Terlihat bahwa semangat ramadan ikut memudar seiring dengan perginya bulan suci ramadan. Hal inilah yang seharusnya ita hindari dan kita cegah mulai dari sekarang.
Maka dari itu, kita sebaiknya tetap mempertahankan semangat yang baru tersebut terus menerus. Sungguh sangat disayangkan apabila bulan ramadan yang suci ini hanya dianggap seperti intermezzo dalam kehidupan ini.Â
Semangat ibadah yang didapatkan dari datangnya bulan suci ramadan harus kita gunakan dan manfaatkan untuk menjadi pribadi yang lebih baik kedepannya.
 Dan saat ramadan telah kembali lagi kepada kita, yang perlu kita lakukan adalah instropeksi diri apakah semangat tersebut telah kita manfaatkan atau belum dan semangat tersebut harusnya kita perbarui sehingga semangat itu tetap fresh dan tetap hidp meskipun bulan ramadan telah berlalu.