Pagi ini seperti biasa aku melakukan kebiasaan terlarang
Kembali mengingat seseorang yang tak pantas di kenang
Memang semua terbalut dalam sebuah kata sayang
Namun ternyata, aku hanya hidup dalam bayang
Terlalu lemah tak berimbang
Gamang
Katanya aku harus belajar bersabar, menunggu dan menanti sebuah kabar
Duduklah barang sebentar di depan meja, sembari sesekali merajut asa
Bukankah itu hanya hal sederhana tanpa menimbulkan dosa ?
Mengapa terlalu sulit untukmu memberi waktu barang sebentar saja
Nyatanya, sang waktu kembali mengajarkan pelajaran istimewa, bahwa semua yang dicinta tak selalu patut didamba
Aku kembali dibunuh dalam detak hina, menanti ia yang bahkan tak pernah mau di titipkan do'a
Tak peduli seberapa dingin yang kau punya, selagi tak sedingin antartika, aku janjikan aku masih akan tegak dalam rasa
Biarlah aku jadikan ini sebuah cerita, tentang rasa, cinta, dan karunia
Dan hingga saatnya tiba, tak perlu kau bentak keras
Tak perlu kau patahkan hebat
Tenang saja, aku akan pulang, dengan rasa yang berharap bahwa engkau akan datang
Namun jika pikiranmu berubah,
Pulanglah, dengan atau tanpa arah
Aku akan selalu menjadi tempat rebah, tanpa pernah dirasuk amarah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H