Dan jika di sore hari jalanan macet karena pasar akan lebih ramai sebab para pedagang menjual dagangannya lebih murah, takut dagangan tersebut tidak segar lagi untuk dijual keesokan harinya.
Namun di bulan Ramadan seperti sekarang, Pasar Panorama biasanya mengalami kemacetan di sore hari. Hal ini karena saat sore, banyak sekali pedagang yang berjual takjil serta lauk untuk berbuka.
Bukan hanya itu, banyak pula pedagang yang menjual alat sholat, kue kering, toples, hingga ke buku Iqra' seperti yang dijajakan oleh Pak Suardi.
"Kita kerja harus Lillah, gak boleh kenal lelah. Apalagi kalo puasa dijadikan alasan malas malasan. Nggak akan berkah puasa kita, begitupun rezeki", tambah Suardi.
Meskipun usianya memasuki senja, namun semangatnya tetap membara. Ia tetap menjajakan dagangannya kepada orang-orang yang lalu lalang di Pasar Panorama, meskipun belum ada yang tertarik membeli nya.
Matahari semakin redup dan hari semakin gelap. Jam telah menunjukkan pukul 05.30. Suardi mulai merapikan dagangannya untuk bersiap pulang.
Dimasukkannya seluruh dagangan miliknya kedalam kresek hitam yang cukup besar. Kemudian di letakkannya di atas sepeda tua miliknya, sambil kemudian diikat dengan tali rapia.
Sembari beristirahat sejenak, Suardi berpesan, "Belajarlah dengan sungguh-sungguh, agar nanti mampu memperoleh rezeki yang berkah dari Allah". Tak lama kemudian, Suardi beranjak.
Ia meninggalkan pasar tersebut sembari menuntun sepeda tuanya dengan badan nya yang renta. Namun tentu saja, pasar tetap pada aktifitasnya. Ramai, sesak, penuh dengan harapan para pedagang lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H