Mohon tunggu...
Rafinita Aditia
Rafinita Aditia Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswi program Komunikasi dan Penyiaran Islam

Penapak Jenjang s1 yang masih belajar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengenal Al-Khawarizmi, Matematikawan Ulung Dunia Penemu Angka Nol Pertama

1 Mei 2019   07:50 Diperbarui: 1 Mei 2019   23:14 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.amust.com.au/2018/01/al-khwarizmi-from-algebra-to-computing/

"Dunia selalu punya 1001 misteri, layaknya kisah 1001 malam. Begitupula dengan seluruh tanda, angka, bahkan seluruh hal kecil lainnya. Namun siapa yang menyangka, bahkan hal sederhana seperti angka nol tak berujung, berasal dari suatu pemikiran panjang sang petarung."

Para ilmuwan muslim telah memberikan sumbangan yang sangat luar biasa, khususnya pada abad ke-8 M sampai dengan abad ke-14 M. Mereka meletakkan dasar pemikiran pada berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti Astronomi, Kedokteran, Optik, Filsafat, Matematika, Geologi, Fisika, dan banyak lagi. Sayangnya, kontribusi mereka terkadang terabaikan, terlupakan, bahkan tidak dikenal.

Saat benua Eropa mengalami masa kegelapan (Dark of Age), masyarakat muslim dalam masa gemilang berkilau cahaya dengan tokoh-tokoh ilmuannya. Pusat kejayaannya berada di Baghdad, Irak, Cordova, dan Spanyol. Ribuan masyarakat Eropa berbondong bondong menuntut ilmu ke sana.

Tokoh-tokoh muslim ini lambat laun menjadi pudar hingga datang Renaissance (Zaman Pencerahan) di dunia barat. Salah satu tokoh muslim yang jenius ini ialah Abu Abdullah Muhammad Ibn Musa Al-Khawarizmi atau yang biasa kita kenal dengan Al-Khawarizmi. Dalam literatur barat, Al-Khawarizmi lebih terkenal dengan sebutan Algorizm. Dilahirkan di Khawarizmi (Kheva), sebuah kota di selatan sungai Oxus (sekarang Uzbekistan) pada tahun 780 M/ 164 H.

Al-Khawarizmi kecil meninggalkan tanah kelahirannya, mengikuti orang tuanya yang bermigrasi ke Selatan Baghdad. Sedari kecil, ia sudah diajarkan tentang ilmu pengetahuan dan ketekunan belajar yang baik. "Engkau harus belajar ilmu hitung yang benar, supaya kamu pintar, karena Allah suka orang yang rajin menuntut ilmu", ujar Musa Al-Khawarizmi, ayah dari Al-Khawarizmi kecil.

Waktu berlalu dengan cepat, Al-Khawarizmi tumbuh dewasa dan bekerja di Baitul Hikmah atau Darul Hikmah (Wisma Kearifan) di Baghdad. Sebuah lembaga penelitian ilmu pengetahuan yang didirikan oleh Khalifah Harun ar-Rasyid. Setiap hari ia menyusuri jalan menuju observatorium. Al-Khawarizi tidak pernah terlambat, sifat disipinnya sudah tertanam sejak dini. Di observatorium tersebut, ia menekuni matematika, astronomi, dan geografi.

Di kota tersebut, Al-Khawarizmi mendapat kepercayaan dari baginda yang memimpin Baghdad kala itu, Khalifah Al-Ma'mun, untuk melakukan tugas-tugas dan mengembangkan pemikirannya. Tahun pun semakin berganti, Al-Khawarizmi menjadi pemuda yang ahli di bidang Matematika. Ia adalah peletak dasar beberapa cabang dan konsep dasar metmatika. Ia juga terkenal sebagai seorang ahli astronomi dan geografi.

Al-Khawarizmi lah yang paling mempengaruhi pemikiran matematika di abad pertengahan. Ia berpendapat bahwa angka nol adalah penting dan mampu dijadikan kunci penyelesaian dari berbagai perhitungan. Teori aljabar juga merupakan penemuan dan buah pikiran Al-Khawarizmi. Nama aljabar diambil dari bukunya yang berjudul Al-Jabr Wa Al-Muqabilah. Ia mengembangkan rincian trigonometri yang memuat fungsi sinus, kosinus, dan kotangen serta konsep diferensiasi dari pengembangan kalkulus.

Pernah suatu hari di tahun 830 M, Khalifah Al-Ma'mun mengundang 70 orang ahli geografi ke istana. "Saya ingin kita mempunyai peta dunia", ujar khalifah Al-Ma'mun. Sontak seluruh ahli geografi yang ada terperanjat. Khalifah menambahkan, "Aku ingin kalian semua bekerja sama, Al-Khawarizmi kuperintahkan memimpin proyek ini". Al-Khawarizmi dan seluruh ahli yang ada pun menyanggupi. Langit semakin cerah, seiring semangat yang menyala di hati para ilmuan.

Proyek ini berjalan seiring dengan permasalahan yang selalu menerjang. Namun akhirnya masih bisa di selesaikan oleh tim yang di pimpin Al-Khawarizmi. Hasilnya pun luar biasa, peta dunia rampung diselesaikan, bahkan setelahnya Al-Khawarizmi ikut andil dalam proyek pembuatan bola dunia untuk mengetahui volume dan lingkaran bumi.

Karena ketekunannya menjalani proyek geografi yang diberikan, ia akhirnya mampu merampungkan sebuah kitab geografi Suratal-Ard yang berisi tentang daftar-daftar koordinat beberapa kota penting dan ciri-ciri geografisnya. Ia juga menulis kitab Al-Tarikh dan kita Ar-Rukhama, tentang jam matahari.

Tahun 840 M/ 266 H menjadi saksi meninggalnya sang jenius itu. Al-Khawarizmi wafat di rumahnya, di Kota Baghdad. Sebelum meninggal dunia, ia sempat menunjuk Al-Amin untuk melanjutkan apa yang dikerjakannya selama ini.

Umat islam telah kehilangan tokoh terbaiknya. Karyanya abadi menghiasi ilmu pengetahuan dunia. Angka nol, algoritma, aljabar, peta dunia dan bola dunia adalah bukti kuletan dan keteguhannya dalam berkarya.

(Sumber : Buku Al-Khawarizmi terbitan Gema Insani Tahun 2006)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun