Mohon tunggu...
Rafini Audiliani
Rafini Audiliani Mohon Tunggu... Seniman - Editor

hobi menulis, melukis dan olah raga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ibadah Jalan Salib Mempererat Persaudaraan di Tanah Papua

4 September 2024   14:39 Diperbarui: 4 September 2024   14:45 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ibadah Jalan Salib dilaksanakan pada Jumat Agung merupakan sebuah tradisi devosi yang selalu diperingati oleh umat Kristiani dalam mengenang penderitaan dan wafat-Nya Yesus Kristus.

Banyak Gereja di Indonesia mulai dari Aceh hingga Papua yang melakukan visualisasi Ibadah Jalan Salib dimana ibadah tersebut  menggambarkan kesengsaraan Yesus Kristus dari dijatuhi hukuman mati hingga wafat di kayu salib. Visualisasi ini biasanya dilakukan melalui adegan-adegan yang menampilkan peristiwa-peristiwa penting dalam kisah Penyalipan Yesus Kristus, seperti Yesus Kristus yang dijatuhi hukuman mati, memanggul salib, jatuh untuk pertama kali, berjumpa dengan ibu-Nya, dan ditolong oleh Simon dari Kirene.

Ibadah Jumat Agung sendiri merupakan bagian dari Tri Hari Suci yang biasanya dilaksanakan pada sore hari setelah visualisasi Jalan Salib. Ibadah ini mencakup memanjatkan doa dan refleksi atas kisah Penyalipan Yesus Kristus.

Tujuan utama dari ibadat Jalan Salib adalah untuk mengenangkan kesengsaraan dan kepedihan Yesus Kristus dan memahami pengorbanan-Nya. Dengan demikian, umat Kristiani diharapkan dapat semakin mampu mengamalkan iman mereka dan semakin terlibat dalam melayani sesama. Seperti halnya Ibadah Jalan Salib yang telah dilakukan di tanah Papua memiliki tujuan untuk meningkatkan rasa persatuan rakyat Papua dalam menghadapi tantangan sosial, ekonomi, dan politik.

Dewan Gereja Papua telah menyerukan pelaksanaan Ibadah Jalan Salib pada tanggal 4 September 2024, yang bertujuan untuk mempererat persatuan umat Kristiani di Papua. Acara ini akan dimulai dari Expo, Waena, menuju Abepura, dengan perhentian-perhentian untuk doa dan renungan, mencerminkan penderitaan Yesus Kristus di sepanjang Via Dolorosa.

Ibadah Jalan Salib ini dianggap sebagai simbol solidaritas umat Kristiani di Papua dalam menghadapi berbagai tantangan. Melalui prosesi ini, umat diingatkan untuk tetap berdoa dan berharap kepada Tuhan di tengah penderitaan dan pergumulan yang dihadapi, sambil mengingat pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib sebagai sumber pengharapan dan keselamatan.

Dewan Gereja Papua mengundang seluruh gereja dan denominasi di Papua untuk berpartisipasi dalam ibadah ini. Tujuan utamanya adalah untuk menyatukan seluruh umat Kristiani di Tanah Papua dalam sebuah doa dan ratapan bersama kepada Yesus Kristus dengan mengesampingkan perbedaan denominasi.

Ibadah Salib di Papua memang berperan sangat penting dalam meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan rakyat Papua pada khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya, terutama dalam konteks menghadapi tantangan sosial dan ekonomi yang dihadapi oleh bangsa Indonesia.

Ibadah Jalan Salib dapat mempererat rasa persaudaraan antar umat beragama dan bangsa di Indonesia, termasuk di Tanah Papua dengan melalui beberapa cara:

1.         Mengingat Peristiwa Kesengsaraan Yesus Kristus:

Ibadah Jalan Salib mengingatkan umat tentang peristiwa kesengsaraan Yesus Kristus, yang merupakan titik awal pertobatan bagi umat. Prosesi ini menunjukkan keagungan budi dan sifat Yesus yang rela disiksa dan disalib hingga wafat untuk menebus dosa manusia.

2.         Menggalang Persaudaraan yang Hakiki:

Prosesi Jalan Salib dapat menjadi momentum untuk mempererat hubungan persaudaraan yang hakiki antar umat beragama. Hal ini dapat menghindari berbagai bentuk kekerasan dan memperkuat persatuan di tengah-tengah perbedaan.

3.         Mengajarkan Kasih dan Pengorbanan:

Dalam konteks pembangunan saat ini, ibadah Jalan Salib mengajarkan umat untuk rela berkorban untuk menolong sesama yang membutuhkan uluran tangan serta membangun persaudaraan yang hakiki tanpa pamrih.

4.         Membangun Kesadaran Kebenaran dan Keadilan:

Ibadah ini juga mengimbau umat untuk rela menderita dengan segala resiko untuk memperjuangkan dan membela kebenaran dan keadilan dalam kehidupan setiap hari, seperti yang diajarkan Yesus Kristus.

5.         Menggalang Persatuan Umat Beragama:

Salib yang dipikul Yesus Kristus dapat dijadikan simbol pemersatu umat beragama tanpa memandang perbedaan. Umat harus bersatu untuk menjadi teladan dan melayani sesama di tengah keprihatinan bangsa dan negara yang terus dilanda peristiwa kekerasan dan aksi-aksi teror.

6.         Menghindari Kekerasan dan Meningkatkan Persaudaraan:

Prosesi Jalan Salib bukan hanya ritual, tetapi juga momentum untuk mempererat hubungan persaudaraan yang hakiki antar umat beragama. Hal ini dapat menghindari berbagai bentuk kekerasan dan membangun persaudaraan yang lebih kuat.

7.         Mengajarkan Kebenaran dan Keadilan:

Umat Kristiani diimbau untuk rela menderita dengan segala resiko untuk memperjuangkan dan membela kebenaran dan keadilan dalam kehidupan setiap hari. Hal ini dapat memperkuat ketahanan umat beragama dan membangun Papua dan Bangsa  Indonesia yang aman dan damai.

8.         Mengingatkan Tujuan Baik di Balik Perbuatan Orang Lain:

Seperti yang diceritakan dalam Injil, Yesus tidak mau mencegah orang yang mengusir setan dalam nama-Nya jika ada tujuan baik di balik perbuatan orang itu. Hal ini mengingatkan kita untuk tidak membatasi niat orang untuk berbuat baik dan mempererat rasa persaudaraan melalui toleransi dan kepedulian.

9.         Membangun Persaudaraan Sejati:

Kementerian Agama RI juga mengajak umat untuk membangun persaudaraan sejati dengan mengingatkan pentingnya toleransi dan kepedulian satu sama lain. Hal ini dapat mempererat rasa persaudaraan antar umat beragama di Indonesia, termasuk di Tanah Papua.

Dengan demikian, Ibadah Jalan Salib dapat menjadi salah satu cara untuk mempererat rasa persaudaraan antar umat beragama dan bangsa di Negara Kesatuan Republik Indonesia, termasuk di Tanah Papua, melalui pengajaran toleransi, kepedulian, dan persaudaraan yang hakiki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun