Mohon tunggu...
N. Rafini
N. Rafini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Pedagang di Tokopedia, Pembeli di Shopee

Suka menulis, menguping, berpikir, dan berkhayal. Kadang INFJ, kadang INTP, pernah INTJ. Penggemar K-Pop generasi kedua.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Pengalaman Ngeri Kakak PKL di Bakery

16 Juni 2024   17:17 Diperbarui: 17 Juni 2024   22:20 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gue gak menemukan hewan lain yang mirip kecoa, jadi gue terima imaginasi yang ada di benak gue kalau hewan yang Kakak sebut bayi kecoa adalah beneran kecoa kecil. Anak dari kecoa dewasa.

Sejak malam di tengah kemacetan jalanan Jakarta itu, gue berjanji pada diri sendiri kalau gue gak bakal beli produk buatan toko roti itu sampai kapan pun, dan hingga hari ini gue belum sanggup beli roti-rotian dari toko roti yang secara spesifik berada di salah satu pusat perbelanjaan mentereng tersebut. Gue masih beli produk toko roti yang sama tapi di lokasi berbeda.

Kakak masih mengizinkan Mama beli roti di sana dengan persyaratan bertanya pada dia dulu. Kalau ada kejadian "jorok" di dapur, Kakak bakal melarang Mama membeli sampai stok di toko habis. Biasanya, dia beli sendiri setelah selesai kerja. Jadi, kalau pulang PKL dia bawa roti, berarti roti tersebut higienis.

Di akhir masa PKL-nya, Kakak diberikan aneka roti yang dijual di toko itu sebagai hadiah perpisahan. Gue gak memakan satu pun walaupun dia bilang, dia sendiri, teman dan baker di sana yang membuatnya untuk hari itu. Orang-orang yang dia sebut ini merupakan orang-orang baik yang bekerja dengan hati, yang sebisa mungkin menjaga kualitas roti yang dijual sekalipun mereka hanya pekerja biasa yang dibawahi supervisor. Orang-orang yang sepantasnya berada di dunia boga.

Gue gak pernah ke toko roti yang berada di pasar swalayan di pusat perbelanjaan mentereng itu lagi. Gue masih ke pusat perbelanjaannya, tapi tidak ke toko rotinya, jadi gue gak yakin toko roti ini masih ada di sana. Kalaupun ada, kejadian tikus mati dalam tepung dan bayi kecoa dalam tepung yang gue ceritain ini sudah puluhan tahun lampau. Banyak perubahan yang terjadi dalam kurun waktu itu entah ke arah yang lebih baik, atau lebih buruk. Kalau perubahannya lebih buruk, lebih baik gue gak pernah tahu.

Ngomong-ngomong, rasa roti-roti di toko ini enak. Di tempat gue masih mau beli roti meraka, ada ciabatta yang kakak gue suka banget. Lokasinya tetap di pasar swalayan, tapi berbeda pusat perbelanjaan walau sama-sama mentereng.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun