Gue gak menemukan hewan lain yang mirip kecoa, jadi gue terima imaginasi yang ada di benak gue kalau hewan yang Kakak sebut bayi kecoa adalah beneran kecoa kecil. Anak dari kecoa dewasa.
Sejak malam di tengah kemacetan jalanan Jakarta itu, gue berjanji pada diri sendiri kalau gue gak bakal beli produk buatan toko roti itu sampai kapan pun, dan hingga hari ini gue belum sanggup beli roti-rotian dari toko roti yang secara spesifik berada di salah satu pusat perbelanjaan mentereng tersebut. Gue masih beli produk toko roti yang sama tapi di lokasi berbeda.
Kakak masih mengizinkan Mama beli roti di sana dengan persyaratan bertanya pada dia dulu. Kalau ada kejadian "jorok" di dapur, Kakak bakal melarang Mama membeli sampai stok di toko habis. Biasanya, dia beli sendiri setelah selesai kerja. Jadi, kalau pulang PKL dia bawa roti, berarti roti tersebut higienis.
Di akhir masa PKL-nya, Kakak diberikan aneka roti yang dijual di toko itu sebagai hadiah perpisahan. Gue gak memakan satu pun walaupun dia bilang, dia sendiri, teman dan baker di sana yang membuatnya untuk hari itu. Orang-orang yang dia sebut ini merupakan orang-orang baik yang bekerja dengan hati, yang sebisa mungkin menjaga kualitas roti yang dijual sekalipun mereka hanya pekerja biasa yang dibawahi supervisor. Orang-orang yang sepantasnya berada di dunia boga.
Gue gak pernah ke toko roti yang berada di pasar swalayan di pusat perbelanjaan mentereng itu lagi. Gue masih ke pusat perbelanjaannya, tapi tidak ke toko rotinya, jadi gue gak yakin toko roti ini masih ada di sana. Kalaupun ada, kejadian tikus mati dalam tepung dan bayi kecoa dalam tepung yang gue ceritain ini sudah puluhan tahun lampau. Banyak perubahan yang terjadi dalam kurun waktu itu entah ke arah yang lebih baik, atau lebih buruk. Kalau perubahannya lebih buruk, lebih baik gue gak pernah tahu.
Ngomong-ngomong, rasa roti-roti di toko ini enak. Di tempat gue masih mau beli roti meraka, ada ciabatta yang kakak gue suka banget. Lokasinya tetap di pasar swalayan, tapi berbeda pusat perbelanjaan walau sama-sama mentereng.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H