Mohon tunggu...
Rafikha Isnainiyah Imron
Rafikha Isnainiyah Imron Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Prodi Sarjana Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Peran Etika dan Empati dalam Praktik Keperawatan untuk Membangun Hubungan Terapeutik

28 Desember 2024   21:43 Diperbarui: 28 Desember 2024   21:43 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam keperawatan, peran etika dan empati menjadi fondasi utama dalam membangun hubungan terapeutik yang bermakna dengan pasien. Etika memberikan panduan moral untuk menjaga profesionalitas serta penghormatan terhadap hak-hak pasien, sementara empati membantu perawat memahami kebutuhan emosional pasien secara lebih mendalam. Kombinasi kedua aspek ini memungkinkan terciptanya hubungan terapeutik yang efektif dan manusiawi, yang berdampak positif pada kepuasan dan hasil kesehatan pasien. Artikel ini membahas peran signifikan etika dan empati dalam praktik keperawatan serta pentingnya pengembangan kedua keterampilan ini melalui pendidikan dan pelatihan berkelanjutan

Kata Kunci: Empati, Etika, Hubungan Terapeutik, Keperawatan, Kesehatan Pasien

Dalam dunia kesehatan, perawat tidak hanya memberikan perawatan medis, namun juga berperan penting dalam membangun hubungan yang mendalam dengan pasien. Hubungan ini, dikenal sebagai hubungan terapeutik yang menjadi fondasi bagi kesembuhan pasien. Untuk mewujudkan hubungan terapeutik yang berkualitas, perawat memerlukan lebih dari sekadar keahlian teknis. Dalam hal ini, Etika dan empati berperan besar dalam menciptakan hubungan terapeutik yang efektif dan bermakna.

Etika profesi keperawatan merupakan filsafat yang mengarahkan tanggung jawab moral yang mendasari pelaksanaan praktik keperawatan (Devi Ardiani, 2018). Etika dalam keperawatan mencakup prinsip-prinsip moral yang mengarahkan tindakan perawat untuk memastikan bahwa perawatan diberikan dengan cara yang benar. Prinsip-prinsip ini meliputi keadilan, otonomi pasien, beneficence (berbuat baik), dan nonmaleficence (tidak merugikan). Dengan menerapkan prinsip etika, perawat dapat memberikan perawatan yang tidak hanya berbasis keahlian teknis tetapi juga penuh perhatian dan hormat, yang menjadi inti dari hubungan terapeutik yang efektif.

Dalam hubungan terapeutik, etika membantu perawat memperhatikan sikap profesional dan menghormati hak-hak pasien. Misalnya, pada prinsip otonomi, Perawat dapat menghormati keputusan pasien yang menolak prosedur medis tertentu meskipun perawat atau dokter merasa prosedur tersebut penting untuk kesehatannya. Dengan menghormati hak pasien untuk membuat keputusan atas perawatan mereka sendiri, perawat menunjukkan rasa hormat terhadap individu pasien. Ini menciptakan rasa kepercayaan dan memberikan rasa kontrol kepada pasien atas kesehatannya, yang penting untuk hubungan terapeutik yang kuat.

Di sisi lain, Empati adalah kunci dalam memahami perasaan dan pengalaman pasien. Empati merupakan kemampuan memahami dan merasakan perasaan seolah-olah masuk ke dalam diri orang lain, tetapi tanpa kehilangan identitas dirinya sendiri (Kili Astarani, 2015). Dengan empati, perawat dapat memberikan perhatian lebih pada kebutuhan emosional pasien, yang seringkali menjadi aspek penting dari proses penyembuhan. Sebagai contoh, seorang perawat yang meluangkan waktu untuk mendengarkan cerita pasien tentang rasa sakitnya dan merespon dengan penuh perhatian dapat membantu pasien merasa didukung dan tidak sendirian dalam perjuangannya.

Peran etika dan empati dalam membangun hubungan terapeutik sangatlah penting untuk meningkatkan kualitas perawatan keperawatan. Etika memberikan panduan moral yang menjaga profesionalitas dan penghormatan terhadap hak-hak pasien, sementara empati membantu perawat untuk memahami kebutuhan emosional pasien dengan lebih mendalam dengan berusaha memahami perasaan pasien. Ketika keduanya diterapkan secara bersamaan, hubungan terapeutik yang efektif dapat terjadi, sehingga memberikan dampak yang positif pada kepuasan dan hasil kesehatan pasien.

Para profesional keperawatan diharapkan terus mengembangkan pemahaman dan penerapan etika serta empati melalui pendidikan, pelatihan, dan refleksi praktik. Institusi kesehatan juga dapat mendukung ini dengan menyediakan program pelatihan berkelanjutan dan menciptakan lingkungan kerja yang mendukung penerapan nilai-nilai tersebut. Dengan langkah ini, perawat dapat memberikan perawatan yang tidak hanya profesional tetapi juga penuh perhatian, memperkuat hubungan terapeutik sebagai inti dari praktik keperawatan.

Referensi

Devi Ardiani, N. (2018). MODUL AJAR ETIKA KEPERAWATAN PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN STIKes KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2018 MODUL AJAR ETIKA KEPERAWATAN PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN STIKes KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2018 MODUL AJAR ETIKA KEPERAWATAN PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN STIKes KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2018. Prodi D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada . https://eprints.ukh.ac.id/id/eprint/676/1/MODUL%20AJAR%20ETIKA%20KEPERAWATAN.pdf

Kili Astarani, & Mareta Jurist Pradinata. (2015). PENTINGNYA PERILAKU EMPATI PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN ASUHAN KEPERAWATAN. JURNAL STIKES RS Baptis Kediri, 8(1). http://jurnal.stikesbaptis.ac.id/index.php/STIKES/article/view/109

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun