Mohon tunggu...
Rafika NedyaSwastika
Rafika NedyaSwastika Mohon Tunggu... Lainnya - English education student

Welcome to my writing!! I hope you enjoy this. See you on my next writing.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Mengenal Ritual "Mayat Berjalan" di Tana Toraja

29 Desember 2020   21:16 Diperbarui: 29 Desember 2020   21:34 1229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi Ma'nene yang dilakukan masyarakat tator (kumparan.com)

Pernahkah anda melihat mayat yang telah dikuburkan berjalan diatas tanah? Mungkin anda pernah melihat hal tersebut didalam film yang berjudul Residen Evil. Namun, di kehidupan nyata hal tersebut benar adanya. 

Mungkin bagi orang awam hal tersebut adalah satu hal yang mustahil, namun bagi masyarakat tana toraja membangkitkan mayat dari kubur adalah satu hal yang wajib dilakukan. Mayat tersebut dibangkitkan bukan untuk menyerang penduduk kota, melainkan mayat berjalan menjadi salah satu keunikan budaya di Tana Toraja.

Tana Toraja yang terletak di provinsi Sulawesi Selatan memang terkenal sebagai salah satu tempat yang menarik perhatian pengunjung. Pasalnya di Tana Toraja banyak tempat yang unik dan bagus untuk dikunjungi.  Namun, dibalik tempatnya yang menarik Kota Tana Toraja atau Tator memiliki banyak cerita mistis yang tak banyak masyarakat awam tahu. 

Mayoritas penduduk Tana Toraja memeluk agama katolik dan protestan. Masyarakat Tana Toraja sangat ketat dengan adat istiadat yang diwariskan dari nenek moyang mereka. 

Tana toraja memiliki ritual dan kebudayaan yang unik untuk para mayat yang mungkin tak lazim bagi sebagian orang. Salah satunya yaitu ritual Ma'nene atau mayat berjalan.

Ritual Ma'nene merupakan sebuah ritual yang dilakukan para masyarakat sebagai bentuk penghormatan mereka yang masih hidup terhadap mereka para leluhur ataupun mereka yang sudah meninggal. Ritual ini dilakukan dengan cara membangkitkan atau mengeluarkan para mayat yang sudah meninggal ratusan tahun dari tempat kuburannya untuk dibersihkan. Ritual ini biasa dilakukan 3 tahun sekali atau setelah masa panen berlangsung, sekitar bulan Agustus akhir.

Ritual ini hanya boleh dilakukan setelah musim panen, karena masyarakat adat Toraja percaya jika ritual Ma'nene tidak dilakukan sebelum masa panen, maka sawah-sawah dan ladang mereka akan mengalami kerusakan dengan banyaknya tikus dan ulat yang datang.   Prosesi ritual ini diikuti oleh seluruh anggota keluarga yang terlibat.  Ritual ini dilakukan khusus oleh masyarakat Baruppu, dipedalaman Toraja Utara

Sejarah awal adanya tradisi Ma'nene ini berawal dari pemburu binatang yang bernama Pong rumasek, yang datang ke hutan pegunungan Balla. Saat itu, Pong menemukan sebuah jasad manusia yang telah meninggal dunia dengan kondisi cukup memprihatinkan. Kemudian, ia membawa jasad tersebut dan dikenakan pakaian yang layak untuk dikuburkan ditempat aman.

 Sejak itu, Pong mulai mendapatkan berkah yakni tanaman pertanian miliknya panen lebih cepat dari waktu seharusnya. Dengan adanya peristiwa itu, Pong beranggapan bahwa jasad orang yang telah meninggal sekalipun harus tetap dirawat dan dihormati, meskipun jasad tersebut sudah tidak terbentuk lagi. Sehingga, Pong mewariskan amanahnya kepada penduduk Baruppu dan penduduk tetap menjaga tradisi tersebut hingga kini.

Menurut teman saya yang merupakan salah satu penduduk Tana Toraja yang merantau keluar kota bernama Sarah (20) ia mengatakan pada wawancara yang dilakukan pada tanggal 28/12 bahwa tradisi tersebut sudah dilakukan turun temurun sejak dulu untuk mengenang dan menghormati para leluhur yang telah meninggal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun