Mohon tunggu...
Rafika Meldy
Rafika Meldy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Bahasa dan Sastra Arab UIN RMS Surakarta

Saat raga dibekukan, maka tulisan yang mampu terus dialirkan

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Rasa Lelahku Part 1 (Bullying)

10 Juni 2022   20:54 Diperbarui: 10 Juni 2022   21:09 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Kehidupan siapa yang dijalani tanpa rasa Lelah. saya akan bercerita tentang saya, saya  yang Sebagian besar orang berkata tidak pernah merasa Lelah, selalu Bahagia, tidak pernah punya masalah dan kehidupannya yang beruntung.

saya akan mengawalinya dengan bullying yang saya hadapi waktu SLTA. Tak banyak yang tahu memang, termasuk kedua orangtuaku. Alasan saya menceritakan ini semua karena ingin membagikan kisah bahwa apa yang saya jadikan karakter diri saya saat ini, kemudahan yang saya dapatkan saat ini itu semua karena diri saya yang memberontak atas segala luka di masa lalu dan tentu saja perbaikan atas banyaknya tingkah yang keliru, dan tentu saja garis kehidupan dari Allah untuk saya.

Tempat saya sekolah dulu, adalah tempat penempaan mental terhebatku. Bullying yang terjadi pada diri saya, Sebagian besar dipicu oleh sikap saya dan ketidakpercayaan diri saya kala itu. 

Namun  saya tidak membenarkan tindakan yang dilakukan teman-teman saya kala itu. Masa-masa beranjak dewasa memang masa untuk mencari jati diri dan semua itu ditakdirkan Tuhan untuk saya, agar saya bisa instropeksi atas  diri saya. Masalah saya dengan teman-teman saya dulu sudah clear, kita saling menyadari kesalahan kita di masa lalu dan menjadikan sebuah pembelajaran berharga.

Sebagai anak desa yang berkesempatan sekolah di kota, masuk jurusan Matematika dan Ilmu-ilmu Alam (MIPA) adalah sebuah kebanggaan tersendiri bagi saya. Saat itu saya urutan 5 terakhir yang diterima di jalur tes regular. Sebagian besar yang berkesempatan bisa masuk ke Sekolah ini adalah dari SLTP yang menjadi unggulan di kabupaten saya. Tentu hal itu telah menjadi ketakutan tersendiri di benak saya.

Sejak kecil saya telah terbiasa  menyimpan semua masalah saya sendirian, dan mencurahkan dengan sajak atau puisi. Karakter mandiri yang ditanamkan di diri saya melekat kuat sampai saat ini.

Di masa itu, timbulah keinginan untuk mengakhiri hidup saya, keinginan itu sering hadir dan terus menghatui saya, tanpa ada satupun yang mengulurkan tangan untuk saya beranjak dari keinginan itu.

Di sisi lain, yang selalu saya tampakkan ke orang lain adalah saya baik baik saja, saya Bahagia. Tak heran jika tak ada satupun yang menyadarinya. 

Di sekolah itu saya juga aktif di organisasi, yaitu OSIS, yang seleksinya ketat dan PMR Wira. Dengan kesibukan di dua organisasi itu yang sedikit menghapus luka, karena pelaku bullying adalah teman-teman saya yang bertempat di ruang yang sama selama tiga tahun. bersambung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun