Mohon tunggu...
Rafijep
Rafijep Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjran

Sedang belajar menjadi seorang jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lebih Baik Tol Cileunyi Ketimbang Tol Jatinangor

5 Januari 2023   20:33 Diperbarui: 5 Januari 2023   20:38 983
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melanjutkan studi pendidikan di salah satu perguruan tinggi negeri terbaik di Indonesia, yakni Universitas Padjadjaran memberikan rasa bangga bagi saya seorang pendatang dari Jakarta. Universitas Padjadjaran sendiri acapkali disebut sebagai kampus yang berlokasi di Kota Bandung. 

Sebenarnya pernyatan tersebut tepat, tetapi yang berlokasi di Bandung merupakan Unpad program pascasarjana untuk mereka yang melanjutkan studi magister. 

Kampus Unpad yang utama sejatinya terletak di Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang Jawa Barat. Jaraknya cukup jauh sekitar 30 kilometer dari kampus Unpad yang berada di Bandung. 

Kecamatan Jatinangor yang terletak di Kabupaten Sumedang mungkin masih asing di telinga masyarakat Indonesia kecuali mereka yang tinggal di Bandung dan sekitarnya atau mereka yang berkuliah di kampus daerah Jatinangor. 

Daerah ini lebih dikenal sebagai kawasan pendidikan, di mana terdapat Universitas Padjadjaran, Institut Teknologi Bandung, Institut Pemerintah Dalam Negeri (IPDN), dan Institut Manajemen Koperasi Indonesia (IKOPIN). Mungkin kawasan Jatinangor tidak akan seeksis hari ini apabila tidak menjadi kawasan pendidikan.

Sebagai daerah kawasan pendidikan, pembangunan-pembangunan infrastruktur di Jatinangor menjadi penting guna menopang pertumbuhan ekonomi. 

Setidaknya terdapat 5 apartemen, ratusan kosan, dan ratusan tempat makan di Jatinangor yang tentu telah membuka lapangan pekerjaan bagi warganya. Kawasan pendidikan menjadi alasan utama kedatangan masyarakat untuk datang dan tinggal di Jatinangor. 

Meskipun demikian, Perkemahan Kiara Payung, Bandung Giri Gahana, serta Jatinangor Flower Park menjadi alasan berikutnya kedatangan masyarakat ke Jatinangor. Kegiatan-kegiatan oleh mahasiswa seperti konser musik atau perlombaan olahraga yang  mengundang masyarakat umum juga turut menjadi daya tarik Jatinangor. 

Saya menjadikan Universitas Padjadjaran sebagai lokasi patokan untuk membandingkan jarak tempuh dari pintu tol Cileunyi dan pintu tol Jatinangor. Sebelumnya perlu diketahui bahwa pintu tol Cileunyi berada di kilometer 154 dan pintu tol Jatinangor di kilometer 160. 

Hasilnya menunjukan 4,5 kilometer dari pintu tol Cileunyi menuju Unpad dan 3 kilometer dari pintu tol Jatinangor menuju Unpad. Namun, 3 kilometer tersebut perlu ditambah 6 kilometer lagi dari jarak pintu tol Cileunyi menuju pintu tol Jatinangor. Dapat disimpulkan, untuk menuju Unpad melalui tol Cileunyi hanya membutuhkan jarak tempuh 4,5 kilometer dan melalui pintu tol Jatinangor 9 kilometer dua kali lipat lebih jauh. 

Tak hanya itu, berdasarkan tarifnya menggunakan kendaraan golongan satu dari tol Pasir Koja, Mohammad Toha, dan Buah Batu, tol Cileunyi hanya berkisar lima ribu rupiah dan dari pintu tol Pasteur senilai sepuluh ribu rupiah. Sementara itu, tarif tol Jatinangor senilai sepuluh ribu rupiah dari tol Pasir Koja, Mohammad Toha, Buah Batu, dan dari tol Pasteur lima belas ribu rupiah. 

Belum lagi bensin akan lebih banyak dikeluarkan akibat dari jaraknya yang jauh. Dengan demikian, saya menyimpulkan bahwa untuk menuju Unpad, pintu tol Cileunyi masih terbilang lebih cepat dan lebih murah. 

Selain itu, masih ada masalah serius yang tak kunjung usai mengenai pembebasan lahan tanah masyarakat Jatinangor akibat pembangunan jalan tol Cisumdawu. Desa Cilayung, Cileles, Cibeusi, dan Cipacing adalah empat desa yang paling merasakan dampak dari pembangunan tol Cisumdawu yang problematik. Masyarakat yang terdampak mendapatkan uang ganti rugi yang tidak sesuai dan adil, mereka sampai saat ini masih terus berupaya untuk mendapatkan ganti rugi yang kayak. Selain itu, masih banyak makam di desa tersebut yang belum dipindahkan dengan benar. 

Hal paling ditakuti saya adalah tulisan pintu tol Jatinangor yang akan mengecoh masyarakat yang baru pertama kali berkunjung ke Jatinangor atau mereka yang belum mengetahui keefektifan pintu tol Cileunyi. Mereka yang  belum mengetahuinya akan berpikir bahwa keluar dari pintu tol Jatinangor lebih tepat dan cepat ketimbang pintu tol Cileunyi. 

Sebagai mahasiswa yang sudah sering keluar masuk daerah Jatinangor, saya menyarankan kepada masyarakat yang baru atau masih jarang ke Jatinangor, entah ingin menuju Universitas Padjadjaran, Institut Teknologi Bandung, maupun  Jatinangor Flower Park agar tetap keluar di pintu tol Cileunyi. Tenang, Cileunyi dan Jatinangor itu bersebelahan jaraknya hanya 4,5 kilometer. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun