Mohon tunggu...
Rafijep
Rafijep Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjran

Sedang belajar menjadi seorang jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tanjung Priok Harus Lepas dari Istilah "Senggol Bacok"

5 Januari 2023   17:47 Diperbarui: 5 Januari 2023   17:54 1086
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya mencoba menonton salah satu video dokumenter yang ditayangkan oleh Asumsi.Co lewat kanal Youtube nya dengan judul "Senggol Bacok Di Priok" juga turut membahas mengenai stigma kriminalitas di Jakarta Utara yang lebih difokuskan pada Tanjung Priok. Tayangan ini di upload pada tanggal 20 Februari 2020 dengan pembawa acara Dea Anugrah dan turut dihadiri narasumber, seperti Doms Dee (penyanyi rap), Iwan Kaca (tokoh masyarakat), Yusron (tokoh intelektual), dan Abeh Ahyat (Pengurus Padepokan SIlat Cilincing). 

Video dokumenter tersebut menunjukan bagaimana Dea Anugrah selaku host melakukan wawancara dengan Warga Priok mengenai  sejarah dan istilah-istilah yang melekat di Tanjung Priok. 

Salah satu yang menarik perhatian saya adalah sebuah cerita legenda anak Jakarta Utara pada sebuah acara pekan raya tahun 1960-an yang dihadiri oleh masing-masing perwakilan masyarakat di wilayah Jakarta. Hal yang paling menyeramkan adalah adanya aksi tusuk-menusuk yang dilakukan Warga Priok sebagai bentuk pembuktian diri dihadapan perwakilan masyarakat Jakarta dari daerah lainnya. 

Tidak hanya itu, terdapat juga istilah bajilo kepanjangan dari bajing loncat yang berarti pencoleng yang mencuri barang muatan dari atas kendaraan. Istilah ini nampaknya kerap menempel dengan wilayah Tanjung Priok yang sering dilalui oleh truk-truk besar dari pelabuhan. Namun, beberapa pernyataan dari masyarakat Tanjung Priok dalam video tersebut juga menunjukan bahwa bajilo sudah semakin berkurang hari ini. 

Terlebih, pernyataan dari Abah Ahyat pengurus Padepokan SIlat Cilincing mengatakan bahwa anak-anak di kawasan Jakarta Utara, baik Tanjung Priok maupun daerah lainya yang mulai bergabung dalam padepokan-padepokan silat. Padepokan SIlat Cilincing anak-anak diatur kehidupannya dengan cara adanya ngaji dan solat bersama. Selain itu, pemuda di Padepokan Silat Cilincing juga turut membantu keamanan di Jakarta Utara setiang malam minggu.   

Melihat bagaimana dokumenter Asumsi.Co mengenai Tanjung Priok yang sering dikaitkan dengan stigma kriminalitas dan data BPS DKI Jakarta terkait Jumlah kejahatan pelanggaran kamtibmas menurut jenis dan kabupaten kota administrasi tahun 2020, terdapat perubahan dalam kultur Tanjung Priok yang mengalami perubahan lebih baik. Masih dari data BPS DKI Jakarta mengenai tingkat kriminalitas, Jakarta Utara ternyata tidak menjadi wilayah dengan tindak kriminalitas tertinggi di Jakarta. 

Our World in Data
Our World in Data

Data ini turut memvalidasi Jakarta Utara telah mengalami perubahan dari segi kriminalitas dengan tidak menjadi daerah tertinggi dari segala jenis kriminalitas. Berdasarkan data ini, seharusnya stigma-stigma buruk atau julukan "senggol bacok" di Jakarta Utara, khususnya Tanjung Priok harus mulai dikurangi. Pengurangan tindak kriminalitas di Jakarta Utara harus lebih sering diutarakan sebagai bentuk apresiasi warga Jakarta Utara yang terus membenahi wilayahnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun