Rencana.
Karena penat akan pekerjaan, tugas dan rutinitas. Liburan selalu menjadi momen untuk “Kabur” dan melepas beban hidup untuk sementara, ya walaupun nanti inget juga sih. Nah berhubung kemarin ada libur yang lumayan Panjang. Saya dan kawan-kawan memutuskan untuk “Kabur” dan pergi melancong ke kabupaten sebelah, Yup kami pergi ke Kawasan Dieng, Wonosobo. Kenapa Dieng? Karena kami pengen liat salju, bukan juga sih lebih tepatnya embun es, karena konon katanya di Kawasan dieng khususnya Kawasan Candi Arjuno kalo pagi ada embun-embun esnya. Maka dari itu kami penasaran sedingin dan sebagus apa sih Dieng sekarang. Alhasil kamipun meluncur ke Dieng!.
Perjalanan.
Berbekal google maps, Avanza pinjeman, tekad kuat untuk liburan dan persiapan yang nggak terlalu aman, kamipun berangkat dari jogja ke dieng wonosobo. Pukul 9 pagi lebih dikit menjadi awal waktu kami memulai perjalanan. Suka cita dan Bahagia mengiringi mobil kami menuju dieng, hingga ketika sampai di daerah magelang. Terdengar suara benda menabrak kemudian jatuh tepat di samping mobil kami, “Bajilak! Opo wi?” teriak salah satu kawan saya di kursi belakang. Ternyata ada ibu-ibu yang menyerempet mobil kami lalu jatuh tepat di samping kiri mobil. “Minggir sik! Minggir sik lik!” kami pun keluar dan mengecek keadaan ibu-ibu tadi, “Astagfirullah! Pripun bu? Onten sek sakit mboten bu?” tanya kami semua panik. Syukur ibu-ibu tadi tidak parah kedaaanya, hanya sedikit lecet di kaki, motornya pun hanya sedikit lecet dengan footstep kanan yang sedikit bengkok, yang parah justru adalah mobil yang kami pinjam, dengan “legok” dan baret yang dalam di bagian kiri pintu hingga ke lampu depan mobil. Setelah melakukan rapat kecil-kecilan kamipun memutuskan untuk patungan dan memberi Ibu-ibu tadi uang untuk sekedar berobat dan membetulkan motornya sedang untuk mobilnya, kami hanya bisa pasrah menerima takdir yang menimpa kami semua. Singkat cerita kami melanjutkan perjalanan kami ke Kawasan dieng.
Pada akhirnya kami memasuki Kawasan wonosobo dan hingga ke jalan Tambi dan FYI aja jalab tambi ini bukan jalan utama jadi kayak jalan pintas gitu dan ya jalanannya sempit, dan nanjak. Yang jadi masalah adalah bukan Cuma kami doang yang nyasar lewat situ banyak puluhan mobil lain yang bernasib sama seperti kami. Sebenarnya jalananya nggak terlalu sempit yang sempit cuma asplanya doang karena sisanya tanah dan karena nanjak satu-satunya space buat mobil lewat ya cuma aspalnya doang, kecuali lu mau terjun bebas ke kebon orang sih gapapa juga. Setelah 1 jam berkutat di kemacetan jalan tembi serta berulang kali ndorong dan ganjel ban mobil yang gak terlalu kuat nanjak, akhirnya sampai juga ke Kawasan Dieng, terimakasih gugel maps!
Hal yang paling kami rasain waktu masuk ke Dieng adalah ternyata dieng dingin beneran bos! Ma baju basah keringet semua, Warung bakso pinggir jalan menjadi tujuan utama kami saat itu, karena menghadapi macet tadi butuh tenaga yang ekstra.. Destinasi pertama kami sebenarnya Candi Arjuno yang katanya ada saljunya itu , tetapi berhubung kami ini cuma sekelompok nekat traveller yang tidak siap kedinginan dan takut nanti bingung mau bobok dimana, kami memutuskan pergi ke basecamp Gunung Prau buat tidur dan besoknya mendaki Prau ga jadi ke Candi Arjuno, Ndak jelas memang kami ini, hmm.
Gunung Prau.
Setelah puas makan dengan bakso anget pinggir jalan yang biasa aja rasanya, kami berangkat menuju basecamp Prau lebih tepatnya ke Basecamp Patak Banteng. Sebenarnya ada 6 jalur pendakian umum di Gunung Prau, kami pilih jalur Patak Banteng karena mwrupakan jalur yang setahu kami paling santai dan landai.
Gunung Prau ini ketinggian nya lebih-kurang 2565 mdpl jadi buat kalian para pemula, Prau cukup ramah untuk kalian. Oh iya, tiket masuk ke kawasan gunung ini 15k ndak terlalu mahal. Dan sekitaran basecamp pun banyak warung-warung warga jadi anda sekalian tidak perlu bingung kemana harus beli logistik. Setelah tidur selama 2 jam, Kami berangkat pukul 1 pagi dari basecamp patak banteng. Karena kami adalah wisatawan yang tidak terlalu ambisius mengejar puncak maka kami jalannya santai banget dong. hahaha, kalo capek ya istirahat walaupun baru jalan 15 meter, kalo laper ya buat indomi, kalo kebeet ya boker dulu. Alhasil kami makan waktu hampir 4 jam di jalur, hebat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H