“tama terlambat. Udah ada yang duluan masuk hati gue sebelum lu ngungkapin”. kata kata yang terlontar dari mulut franda seakan menjadi tombak balik yang nusuk hati gue. gue spechless–
“siapa?” tanya gue dengan nada gugup
“gilang” franda menjawab dengan pasti, seakan gilang adalah orang yang tepat untuknya dan udah lama ada dihatinya.
“gilang? Kalian selama ini deket, udah berapa lama?” gue bener bener kaget. Gilang? Sahabat gue?
“sama, dari tiga tahun yang lalu. Dan dia ngungkapin duluan ke gue. Sayang tam lu terlambat”
“ooh, jadi gitu” jawab gue lemas. Akhirnya gue harus terima jawaban ini. temen gue.. yang tau perasaan gue ke franda.. yang ngedukung gue saat gue pengen deketin franda.. jadi ini yang harus gue terima. desak gue dalem hati
“sorry tama, seandainya aja lu duluan dari gilang. Mungkin ini semua ga akan terjadi. Sekali lagi sorry tam” Franda kembali meminta maaf
“iya gapapa kok.” Jawab gue lagi, sedikit kecewa, Franda pergi meninggalkan gue sendiri di taman. gue duduk di kursi taman. terdiam sejenak, warna langit terlihat sangat gelap, seakan mereka mengerti perasaan gue saat ini.
Akhirnya, ini yang gue terima– harus gue terima. Walaupun menyakitkan, ini adalah kenyataannya. Salah gue juga, salah karena gue terlambat