Di sebuah laut yang luas, tersebutlah komunitas kumbang yang peradabannya berkembang. Komunitas ini tersebar di ratusan ribu pulau kecil dan masing-masing pulau dihuni spesies yang berbeda. Mereka terbagi menjadi ratusan klan. Jumlah pastinya belum akurat, ada yang bilang mencapai 194 klan, ada yang bilang mencapai 200 klan, dan versi lainnya. Ya, majemuk sekali.
Pulau terbesar namanya Azsa. Di sana terdapat kurang lebih 40-an klan yang unik. Kontur habitatnya beragam, dari pohon pinus sampai pasir solid. Kebanyakan klan-klan tersebut pernah diperintah klan lain dari pulau Erpla. Pulau Erpla katanya punya segerombolan klan yang sayangnya tidak semua berkualitas unggul. Kini, klan-klan di Azsa sudah bisa membuat lumbung makanannya sendiri.
***
BUUM!!!!!!!!
Cerrrrrrr!
Dusssh!!!!
Kaget! Disusul suara kumbang-kumbang yang berteriak minta tolong. Suasana mencekam, ditambah lagi debu menutupi sekeliling. Ratusan menara kayu seketika lapuk dan rebahan di atas tanah. Serpihannya membuat para kumbang panik melarikan diri. Di sisi lain terdapat segelintir kumbang yang tadinya juga melarikan diri karena ada hujan rotan kecil. Kekacauan terjadi di mana-mana, sayangnya kumbang lain di luar sana banyak yang masih tertidur pulas atau hanya bilang, "Oh!".
Keributan itu dari mana asalnya?
***
"Perang klan Kumbang Hijau dan Kumbang Belang semakin mencekam. Di daerah Greensti tercatat 600 kumbang menjadi korban, termasuk kumbang betina dan bayi kumbang. Ratusan puing menara kayu dan kulit kacang berserakan. Berikut kesaksian salah satu kumbang yang selamat......."
Si Kumbi merasa terenyuh karena kabar yang sama muncul lagi. Setiap hari daerah Tropicy dikirimi berita konflik di Greensti yang tidak kunjung habis. Kumbi dan teman-temannya yang merupakan anggota Persatuan Volunteer Kumbang Azsa (Savokbaza) sudah lama mengirimkan cadangan makanan ke Greensti. Namun terkadang mereka merasa upayanya belum berhasil karena persatuan volunteer lain pasif.