Mohon tunggu...
Rafif Firjatullah
Rafif Firjatullah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Pacitan, Jawa Timur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lekas Pulih dan Bangkit Indonesiaku

16 Desember 2021   16:09 Diperbarui: 16 Desember 2021   16:15 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

          Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya. Sudah sejak zaman dahulu sebelum berdirinya bangsa Indonesia telah terjadi perebutan dari berbagai golongan untuk menguasai dan mengklaim Indonesia sebagai miliknya untuk kepentingan pribadi dan golongannya. Dimulai dari pedagang-pedagang yang mencari rempah-rempah asli Indonesia dengan harga yang mahal, karena hanya terdapat di Indonesia dan juga kedatangan para penjajah dari berbagai penjuru dan berbagai bangsa yang mendatangi Indonesia kemudian berbuat seenaknya menindas dan berusaha memecah-belah bangsa Indonesia, dimulai dari peperangan dan juga praktik adu domba. Seakan-akan rakyat Indonesia hanyalah budak mereka yang pantas untuk mereka suruh dan tidak diperlakukan manusiawi.

          Para pahlawan kita mengajak rakyat Indonesia untuk bersatu dan bangkit melawan penjajah. Sudah saatnya melawan para penjajah sekaligus penindas tanah air kita Indonesia. Mulai saat itulah Indonesia dengan semangat seperjuangan dan senasib melakukan perlawanan terhadap penjajah. Dan setiap tanggal 17 Agustus 1945 diperingati sebagai tanda kemenangan dan kemerdekaan bangsa Indonesia.

          Walaupun Indonesia sudah dinyatakan merdeka secara resmi de jure dan de facto, namun pada kenyataannya masih banyak oknum-oknum yang mencoba merampas dan memecah belah bangsa Indonesia. Masih ada saja manusia dengan sikap egoisnya yang mengeksploitasi dan mengambil keuntungan pribadi daripada sumber daya alam di Indonesia. Masih ada saja manusia dengan kikirnya merampas uang rakyat dengan cara yang sudah pasti tidak halal dan baik. Perlahan-lahan para tikus menggerogoti uang milik negara hanya untuk menuruti egonya. Masih banyak contoh kenyataan-kenyataan miris yang dihadapi bangsa Indonesia sendiri. Sangat miris melihat dan mendengar ada dari bangsa kita sendiri yang mencoba memecah-belah dan melakukan pemberontakan di Indonesia. Memang benar, negeri kita telah dihuni banyak tikus. Tetapi alangkah baiknya kita mengingat jasa para pahlawan yang rela berkorban demi kepentingan bangsa, bahkan sampai gugur di medan pertempuran. Seharusnya, perlulah kita jaga bersama kenyamanan dan kedamaian di Indonesia tercinta ini. Untuk itu, diperlukan aturan yang benar-benar tegas yang tidak pandang status maupun jabatan dan aturan yang mendasar dari akar permasalahan.

          Perlu diingat bahwa perjuangan bangsa Indonesia tidak cukup hanya sampai disini. Kita sebagai generasi bangsa tetap harus waspada, cakap, dan teliti dalam menghadapi setiap tantangan dan ancaman yang entah kapan datangnya. Ancaman tersebut dapat berupa ancaman militer dan non-militer yang berasal dari luar negeri maupun dalam negeri. Bentuk ancaman yang sudah ada dan benar-benar nyata antara lain yaitu ancaman terorisme, radikalisme, separatisme, bencana alam, wabah penyakit, perang cyber, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, dan pencurian sumber daya alam di Indonesia.

          Rela berkorban merupakan sebuah sikap rela dan ikhlas tanpa harap imbalan serta atas kemauan sendiri yang dilandasi rasa cinta terhadap tanah air. Dalam menanggapi ancaman dan tantangan yang ada tentunya sebagai warga negara harus memiliki semangat rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara untuk Indonesia yang lebih baik. Rela berkorban tidak harus dalam bentuk fisik dan senjata. Kita dapat memiliki semangat rela berkorban dengan profesi masing-masing untuk kepentingan bangsa dan negara secara ikhlas dan tanpa pamrih.

          Sebagai generasi muda penerus perjuangan bangsa, tentunya kita juga harus rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara. Tidak perlu khawatir dan memikirkan hal yang terlalu jauh mengenai rela berkorban. Sikap rela berkorban dapat dimulai dari hal-hal yang sederhana namun perlu dibiasakan agar kebiasaan baik tersebut dapat menjadi modal dan langkah awal bagi kita untuk membela negara. Caranya dapat dengan membeli dan mencintai produk-produk karya anak bangsa yang tentunya kualitas tidak akan kalah dari produk luar negeri. Tidak perlu untuk malu memakai produk dalam negeri, malahan kita harus bangga bahwa Indonesia memiliki produk yang berkualitas dan harga yang terjangkau. Tidak perlu malu dengan teman sepergaulan untuk tidak memakai barang-barang mewah dan branded dari luar negeri, tentunya selain bangga terhadap produk Indoenesia juga dapat membuat kita sadar untuk tidak hidup boros dan sadar untuk tidak mengikuti kehendak pribadi.

          Rela berkorban juga dapat dimulai dari kesadaran diri sendiri untuk membuang sampah pada tempat sampah dan apabila tidak ada tempat sampah disekitar alangkah baiknya sampah tersebut disimpan terlebih dahulu di tas atau saku baju, sehingga setelah menemui adanya tempat sampah bisa langsung dibuang. Memang sepele membuang sampah pada tempatnya. Namun jika orang-orang mengabaikan dan tidak peduli membuang sampah sembarangan, maka dampaknya juga akan dirasakan oleh manusia sendiri yang menyebabkan bencana-bencana hidrometeorologi. Diperlukan kebijakan yang tegas terhadap perbuatan sepele namun berbahaya ini.

          Sebagai pelajar tentunya kita perlu menyiapkan bekal dari sekarang untuk menggantikan para pemimpin-pemimpin untuk dapat mengembangkan Indonesia hingga kancah dunia dengan cara tekun dalam belajar dan menuntut ilmu serta menaati segala peraturan yang berlaku di negara, masyarakat, sekolah, maupun keluarga. Agar kelak Indonesia memiliki para pemimpin muda yang siap dalam menghadapi segala tantangan yang ada di Indonesia secara cakap dan bijaksana.

          Selamat hari bela negara. Lekas membaik Indonesiaku dan terbanglah ke langit dunia. Tegaklah aturan dan hukum Indonesia. Mulai fokus untuk membuat kebijakan-kebijakan dengan mempertimbangkan segala aspek mulai dari akarnya. Jangan sampai hanya sekedar menuruti ego belaka, bumi Indonesia menjadi hancur dan terpecah belah. Tetap kritis terhadap semua informasi dan permasalahan yang ada hingga ditemui jalan keluarnya. Mulai dari hal kecil dan berkembang menjadi lebih baik untuk Indonesia.

Tulisan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah bela negara,

Nama                            : Rafif Firjatullah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun