ANALISIS MODERN: PERAN PERPUSTAKAAN DAERAH SEBAGAI FASILITAS KEBERHASILAN PENDIDIKAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Menuju indonesia emas pada tahun  2045, generasi muda indonesia khususnya provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, sebagai kota pelajar yang memiliki perguruan tinggi terbanyak di indonesia, memiliki potensi sebagai penyumbang keberhasilan pendidikan. Namun, keberhasilan ini tidak lepas dari pemerintah dalam memberikan fasilitas penunjang, seperti perpustakaan. Perpustakaan sebagai fasilitas penunjang yang penting, terutama untuk menghadapi era teknologi. Sebagai lembaga sektor publik, Perpusda perlu memperhatikan kembali fasilitas yang memerlukan perbaikan.
Berdasarkan data diatas, Pada 2021, persentase siswa/ mahasiswa yang mengunjungi perpustakaan secara fisik dalam tiga bulan terakhir hanya 12,15%. Hal tersebut menunjukkan aktivitas perpustakaan secara nasional mengalami persentase yang cukup rendah dan ketergantungan terhadap pelayanan perpustakaan secara fisik.
KONDISI PERPUSDA DIY
Perpustakaan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta, sebelumnya mendapatkan tingkat akreditasi A. Menurut penuturan Kepala DPAD DIY, Monika Nur Lastiyani, berdasarkan data DPAD DIY terdapat 266.936 buku dalam bentuk cetak dan digital dan setiap tahunnya juga menambah koleksi sebanyak 4,13%. Tidak hanya fasilitas fisik, Perpusda DIY memfasilitasi layanan internet dengan kecepatan 1.220 Mbps. Â
Total pegawai juga sudah cukup mumpuni untuk memberikan layanan, ada 68 ASN, 47 non-ASN, dan tiga PPPK. Adapun, anggaran untuk DPAD DIY, mencapai Rp22 miliar dan dana partisipasi sebesar lebih dari Rp600 juta. Sehingga hasil output layanan perpustakaan ini sebanding dengan daya literasi masyarakat DIY yang berada di tingkat atas nasional.Â
Meninjau dari kondisi Perpusda DIY saat ini, Perpusda DIY perlu meningkatkan akses yang luas bagi masyarakat secara umum dan juga perlu meningkatkan pelayanan yang berkualitas, agar masyarakat dapat merasakan manfaat yang lebih besar. Dengan sumber daya yang besar, Perpusda DIY belum bisa memanfaatkan secara luas sumber daya tersebut. Maka dari itu, perlu dilakukan analisis lebih lanjut untuk mengetahui masalah yang lebih besar dalam aspek pelayanan dan aksesibilitas. Oleh karena itu, artikel ini akan membahas aspek pelayanan dan aksesibilitas publik dengan penerapan logic model.
PENERAPAN LOGIC MODEL
Logic Model merupakan kerangka kerja analitis yang memungkinkan kita untuk memahami hubungan sebab-akibat antara sumber daya yang tersedia, aktivitas yang dilakukan, dan hasil yang diharapkan dalam suatu program atau organisasi. Dalam pembahasan Perpustakaan Daerah DIY, penerapan Logic Model membantu mengidentifikasi bagaimana berbagai komponen saling berinteraksi untuk mencapai tujuan organisasi.
 Pertama, berdasarkan Input (Sumber daya), Perpustakaan Daerah DIY memiliki struktur sumber daya yang komprehensif dan beragam. Dari segi sumber daya manusia, perpustakaan dikelola oleh tim yang terdiri dari 68 ASN, 47 pegawai non-ASN, dan 3 PPPK. Komposisi pegawai ini menunjukkan adanya kombinasi yang seimbang antara pegawai tetap dan pendukung, yang memungkinkan fleksibilitas dalam pengelolaan layanan perpustakaan. Infrastruktur fisik perpustakaan berpusat pada Gedung Grhatama Pustaka yang terdiri dari tiga lantai, dilengkapi dengan koleksi yang substansial mencapai 266.936 buku dalam format cetak dan digital. Fasilitas internet berkecepatan tinggi (1.220 Mbps) mengindikasikan komitmen perpustakaan dalam mengintegrasikan teknologi modern ke dalam layanannya. Dukungan finansial yang kuat terlihat dari alokasi anggaran DPAD DIY sebesar Rp 22 miliar, ditambah dana partisipasi lebih dari Rp 600 juta. Kerangka legal yang kokoh melalui Pergub DIY No.97/2022 dan Perda No.1/2021 memberikan landasan operasional yang jelas dan terstruktur.
Â