Mohon tunggu...
Rafif Ahmad Fadilah
Rafif Ahmad Fadilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam

Saya memiliki hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menutup Bab, Membuka Lembaran Baru

23 Desember 2024   06:05 Diperbarui: 23 Desember 2024   06:05 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Membuka lembaran buku (Unsplash/Jonas Jacobsson)

Tahun 2024 akhirnya mencapai garis akhirnya. Malam itu, langit Jakarta dihiasi kembang api yang meletup megah di antara gedung-gedung tinggi. Di sebuah kamar kos sederhana, Faiz, seorang mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam, duduk di depan meja belajarnya. Di atas meja, berserakan buku-buku, laptop yang menyala, dan secangkir kopi yang tinggal setengah.

Faiz menatap kalender di dinding. Lingkaran merah mengelilingi tanggal 31 Desember, dan ia tersenyum kecil. Tahun ini adalah tahun yang penuh cerita, pikirnya. Ia membuka buku catatannya dan mulai menulis.

Januari 2024: Aku masuk semester baru dengan harapan besar. Skripsi mulai menjadi bagian hidupku, sebuah proyek yang mendebarkan sekaligus melelahkan. Di sisi lain, aku mulai mencoba membangun kebiasaan baru: menulis setiap hari. Entah itu jurnal, artikel, atau sekadar catatan kecil, aku ingin melatih diriku untuk konsisten.

Baca juga: Memulai Awal Baru

Februari hingga Mei: Aku diterpa berbagai tantangan. Kadang rasanya berat ketika tugas kuliah menumpuk, organisasi kampus meminta perhatian, dan skripsi terus memanggil. Namun, aku belajar satu hal: mengatur waktu adalah kunci. Aku membuat jadwal ketat, belajar mengatakan tidak pada hal-hal yang tidak penting, dan akhirnya melihat progress yang nyata.

Juni: Semester genap usai. Aku memutuskan untuk mengambil waktu sejenak untuk istirahat. Liburan singkat ke Yogyakarta menjadi pengingat bahwa hidup tak melulu soal bekerja keras. Di sana, aku bertemu orang-orang baru, mendapat inspirasi, dan kembali dengan semangat yang lebih segar.

Juli hingga Oktober: Aku mulai magang di sebuah media lokal. Aku merasakan bagaimana teori yang kupelajari di kampus diuji dalam dunia nyata. Menulis berita, wawancara, dan tenggat waktu yang ketat membuatku memahami apa artinya menjadi seorang jurnalis. Ada hari-hari di mana aku merasa lelah dan ingin menyerah, tetapi aku bertahan. Aku tahu ini adalah langkah menuju mimpiku.

November: Aku mulai merasakan gejala burnout. Aku sadar, aku perlu lebih baik dalam menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kesehatan mental. Aku mulai mencoba meditasi, olahraga ringan, dan membaca buku non-akademik. Sedikit demi sedikit, aku merasa lebih baik.

Desember: Bulan ini penuh refleksi. Aku menyelesaikan skripsiku, menghadiri berbagai acara kampus, dan menutup tahun ini dengan rasa syukur. Aku menyadari bahwa setiap tantangan yang kulalui membuatku menjadi pribadi yang lebih kuat. Aku mungkin tidak sempurna, tetapi aku terus belajar.

Faiz menutup bukunya. Ia menghela napas panjang dan tersenyum. "Tahun 2024 memang berat, tapi aku berhasil melewatinya," gumamnya pelan.

Ia berjalan menuju jendela dan membuka tirai. Di luar, suara kembang api terus bersahutan, menandai pergantian tahun. Faiz memejamkan mata sejenak, merenungi apa yang akan datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun