Mohon tunggu...
Rafif Ahmad Fadilah
Rafif Ahmad Fadilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam

Saya memiliki hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ulasan Buku Berjudul Pemuda Berperan Bukan Baperan Karya Jasmiko dan Ananta Vidya

2 Oktober 2024   20:00 Diperbarui: 2 Oktober 2024   20:01 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Deskripsi buku: 

Penulis : Jasmiko dan Ananta Vidya 

Penerbit : CV. Ananta Vidya 

Tahun Terbit:  Agustus 2023

Jumlah Halaman: 213 Halaman 

Sinopsis buku: 

Bangsa Indonesia, bangsa yang besar dengan keberagamannya. Indonesia beragam dari segala sisi, mulai dari budaya, agama, suku, bahasa, sampai pemikiran-pemikiran yang ada pada setiap kepala. Dengan demikian, hal itu akan memberikan kesempatan pada bangsa-bangsa yang iri dengan Indonesia, baik bangsa dari luar maupun bangsa dari kiasan dari dalam negeri, untuk mengadu domba dan menghancurkan Indonesia. 

Nah, di sini peran pemuda sangatlah sakral, di mana pemuda pada dasarnya adalah pelopor pergerakan, penegak keadilan, penggerak kebijaksanaan yang kemudian berbuah cinta yang menyatukan. Tapi, sekali lagi kita lihat keadaan pemuda bangsa kita yang diharapkan bangsa? Tidak, kebanyakan dari pemuda, bahkan juga kita, lalai akan tugasnya sebagai nasionalis patriotis. 

Melalui tulisan yang tidak beraturan ini, penulis menaruh harapan besar sekali bahwa pemuda kita akan segera bangkit dan mengudara. Buku ini adalah kumpulan artikel-artikel singkat tentang pemuda, tentang apa yang harus mereka lakukan, serta mengapa mereka harus merelakan. Sebagai pemuda tidak bisa berpangku tangan, apalagi sembunyi tangan. 

Ulasan tentang buku

Penulis Jasmiko membuat tulisan itu untuk memberikan kesadaran akan peran seorang pemuda. Ia memberikan nasihat yang dikemas dengan apik sehingga pembaca dapat memahami pesan dari tulisannya. Ia sangat berharap akan peran kita sebagai seorang pemuda terhadap bangsa ini, terhadap diri kita, lingkungan kita, dan masyarakat. Memberikan kesadaran yang dalam untuk membangkitkan kembali semangat membara dalam diri pemuda. Pemuda yang kelak dapat memberikan berbagai perubahan untuk negara bahkan dunia, dengan memberikan segala upaya yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan. 

Pemuda zaman kini, mudah sekali terbuai dengan berbagai godaan yang justru memadamkan api yang berkobar pada diri mereka. Hal ini adalah sesuatu yang tidak diinginkan dan semoga tidak terjadi. Indonesia Emas 2045 adalah satu cita-cita dan harapan bangsa ini agar itu terwujud. Namun, proses untuk mewujudkan itu tidak hanya dari peran pemerintah saja, namun elemen yang penting dari sebuah bangsa yakni pemudanya. Mengapa demikian? Karena pemuda adalah penerus estafet kepemimpinan yang ada di negara ini. Bila pemuda itu tidak memberikan kontribusinya bagi orang lain hingga bangsa, maka akan sulit mewujudkan Indonesia Emas 2045.

Jasmiko dalam bukunya menjelaskan tentang bagaimana pribadi yang diharapkan bagi bangsa ini, dengan memiliki sikap dan semangat untuk bisa membangun pemuda yang unggul sehingga dapat memberikan manfaat sebanyak-banyaknya. Ia juga memberikan penjelasan yang mengutip tokoh-tokoh nasional tentang pemuda, seperti apa pemuda yang diharapkan dahulu oleh pemimpin bangsa kala itu kepada pemuda. 

Dalam buku ini, terdapat pula bab yang membahas tentang budaya-budaya yang kurang baik yang dilakukan oleh pemuda. Dan ia membahas sedemikian rupa, agar pemuda menjauhi budaya atau kebiasaan yang tidak mencerminkan budaya bangsa ini. Ia membuat tulisan secara detail mengenai seorang pemuda yang berkualitas, Sehingga dapat mendobrak kualitas SDM di bangsa ini. 

Inti dari tulisan ini yakni mengajak pemuda untuk berperan, bukan baperan. Karena pemuda adalah aset terbesar sebuah bangsa, bila pemuda dalam bangsa itu memilih untuk baperan maka akan sulit untuk menggapai Indonesia Emas 2045. Jasmiko menyampaikan bahwa pemuda harus mengacu pada nilai, bukan perasaan. Terutama di era digital saat ini, pemuda harus benar-benar mengontrol perasaan mereka dan itulah yang menjadi tantangan bagi pemuda masa kini. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun