Pemuda zaman kini, mudah sekali terbuai dengan berbagai godaan yang justru memadamkan api yang berkobar pada diri mereka. Hal ini adalah sesuatu yang tidak diinginkan dan semoga tidak terjadi. Indonesia Emas 2045 adalah satu cita-cita dan harapan bangsa ini agar itu terwujud. Namun, proses untuk mewujudkan itu tidak hanya dari peran pemerintah saja, namun elemen yang penting dari sebuah bangsa yakni pemudanya. Mengapa demikian? Karena pemuda adalah penerus estafet kepemimpinan yang ada di negara ini. Bila pemuda itu tidak memberikan kontribusinya bagi orang lain hingga bangsa, maka akan sulit mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Jasmiko dalam bukunya menjelaskan tentang bagaimana pribadi yang diharapkan bagi bangsa ini, dengan memiliki sikap dan semangat untuk bisa membangun pemuda yang unggul sehingga dapat memberikan manfaat sebanyak-banyaknya. Ia juga memberikan penjelasan yang mengutip tokoh-tokoh nasional tentang pemuda, seperti apa pemuda yang diharapkan dahulu oleh pemimpin bangsa kala itu kepada pemuda.Â
Dalam buku ini, terdapat pula bab yang membahas tentang budaya-budaya yang kurang baik yang dilakukan oleh pemuda. Dan ia membahas sedemikian rupa, agar pemuda menjauhi budaya atau kebiasaan yang tidak mencerminkan budaya bangsa ini. Ia membuat tulisan secara detail mengenai seorang pemuda yang berkualitas, Sehingga dapat mendobrak kualitas SDM di bangsa ini.Â
Inti dari tulisan ini yakni mengajak pemuda untuk berperan, bukan baperan. Karena pemuda adalah aset terbesar sebuah bangsa, bila pemuda dalam bangsa itu memilih untuk baperan maka akan sulit untuk menggapai Indonesia Emas 2045. Jasmiko menyampaikan bahwa pemuda harus mengacu pada nilai, bukan perasaan. Terutama di era digital saat ini, pemuda harus benar-benar mengontrol perasaan mereka dan itulah yang menjadi tantangan bagi pemuda masa kini.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H