Mohon tunggu...
Rafif Ahmad Fadilah
Rafif Ahmad Fadilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam

Saya memiliki hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Diary

Apakah Aku Berharga?

24 Juli 2024   15:00 Diperbarui: 24 Juli 2024   15:02 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi wanita krisis identitas (Pexels/ Liza Summer)

Kamu dilahirkan seberharga itu maka syukurilah

Ketika seorang anak memasuki masa remaja, banyak hal menjadi membingungkan dalam hidup mereka entah tentang diri mereka sendiri, atau makna hidup itu juga. Masa ini adalah masa yang sangat melelahkan bagi sebagian remaja, karena akan semakin banyak pertanyaan yang terus menghantui diri mereka. Pertanyaan yang mungkin pernah dialami adalah mempertanyakan "seberapa berharganya diri ini?".

Memang pada dasarnya, masa remaja adalah masa yang membuat para remaja untuk mencari sendiri tentang jawaban dari setiap pertanyaan di diri mereka. Namun, alangkah beruntungnya mereka yang sejak kecil sudah dididik dan diberikan petunjuk oleh orang tua ataupun guru tentang arti kehidupan, tujuan mereka atau setidaknya tentang mengenal diri mereka. 

Mereka yang belum mendapatkan pelajaran seperti itu lantas merasa kehilangan arah dan seringkali mereka merasa tidak tahu harus seperti apa. Hal inilah yang kemudian menjadi hantu yang tiba-tiba membuat mereka seakan takut dan khawatir pada kehidupan mereka sendiri. Crisis Identity atau krisis identitas adalah istilah yang menggambarkan fase bagi mereka yang masih bingung tentang mengenal diri. 

Crisis Identity adalah sebuah hal yang wajar dialami oleh siapa saja, terutama di masa-masa perubahan besar dalam hidup. Lantas, bagaimana seharusnya kita yang mengalami ini, dapat melewati fase ini dengan baik. Berdasarkan pengalaman pribadi, ketika saya merasakan fase itu yang saya lakukan adalah berusaha untuk menemukan jawaban pada setiap pertanyaan mengenai diri saya. 

Selama fase itu, saya berusaha untuk berdiskusi dengan teman, sahabat, kakak tingkat bahkan orang tua untuk membantu saya mengatasi keresahan yang saya alami. Dari situ, saya sedikit demi sedikit merangkai setiap puzzle agar menjadi gambaran yang lebih baik bagi diri saya. Tentu, ketika saya berdiskusi dengan orang yang lebih tua dari usia saya, mereka juga pernah merasakan hal yang sama seperti apa yang saya alami. Artinya memang itu adalah sesuatu yang wajar dan kita tidak perlu merasa sendiri.

Betapa lelahnya diri ini ketika teman-teman yang seusia telah menemukan jati diri dan tujuan akan makna hidup mereka. Sempat dikala itu saya mempertanyakan "apakah saya diri saya berharga?". Meski begitu, saya terus berupaya untuk menemukan dan lebih melihat kepada diri sendiri tentang apa yang saya mau, apa yang menjadi tujuan saya, apa yang membuat saya senang dll. 

Saya sampai membeli banyak buku yang membahas tentang pentingnya mengenal diri. Sampai ketika saya belajar bahwa kita memang tidak dapat terus menerus mempertanyakan soal hidup atau diri kita. Ketika sampai pada titik dimana beragam hal sepertinya akan terus dipertanyakan dalam hidup, maka saya memilih untuk berhenti dan berjalan sesuai dengan masanya. Terkadang, berbagai pertanyaan kita saat ini akan bisa terjawab ketika memang kita siap untuk menerima jawaban itu. 

Kesimpulan

Tidak apa-apa bagi kita yang mungkin masih merasakan fase itu, tapi akan lebih baik apabila kita terus saja berjalan dan mengambil petunjuk berdasarkan alur yang akan kita lewati. Perlu waktu yang panjang untuk mengenal diri, bahkan ada kalimat yang menyatakan bahwa mengenal diri itu tak mengenal waktu, artinya selama hidup kita akan terus berusaha mengenal diri ini. 

Tetap semangat dan jangan pernah putus asa disaat kita memang belum menemukan satu jawaban tentang hal itu. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun