Mohon tunggu...
Rafif Ahmad Fadilah
Rafif Ahmad Fadilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam

Saya memiliki hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tidak Menjaga Barang Pinjaman

20 Mei 2024   09:26 Diperbarui: 20 Mei 2024   11:49 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orang meminjam/ sumber The Independent

Ardi duduk gelisah di ruang tamu. Tatapannya terus terarah ke jam dinding yang berdetak pelan. Setiap detik terasa berdetak lebih keras dari seharusnya. Sebentar lagi Rara, teman baiknya, akan datang mengambil kembali kamera pinjamannya.

Seminggu yang lalu, Ardi meminjam kamera Rara dengan penuh semangat. Dia begitu antusias mengikuti lomba fotografi tingkat kecamatan. Rara, dengan kebaikan hatinya, langsung meminjamkan kamera kesayangannya itu.

"Jaga baik-baik ya, Di," pesan Rara saat itu. "Ini kamera kesayangan gue. Gue kumpulin uang lama buat belinya."

Baca juga: Galau? Menulislah

Ardi mengangguk penuh semangat. "Pasti, Ra! Janji gue bakal jaga kayak jaga mata sendiri."

Namun, semangat itu perlahan memudar. Hari pertama kamera di tangannya, Ardi memang berhati-hati. Dia hobi memotret, jadi dia tahu betul bagaimana memegang dan merawat kamera dengan baik. Namun, pada hari kedua, kecerobohan mulai melanda.

Saat asyik memotret di pinggir sungai, dia tidak sengaja tersandung dan kamera terjatuh ke pasir. Ardi panik bukan kepalang. Dia segera mengambil kameranya dan membersihkan pasir yang menempel. Sepintas, kamera terlihat baik-baik saja. Lega rasanya.

Keesokan harinya, saat hendak memotret lagi, Ardi baru menyadari ada yang tidak beres. Layar kamera bergaris-garis dan lensa autofocus-nya macet. Panik kembali melanda, tapi kali ini disertai rasa bersalah yang besar. Ardi mencoba berbagai cara untuk memperbaikinya, tapi nihil.

Hingga akhirnya, waktu penjemputan pun tiba. Ardi mendengar suara langkah kaki Rara di depan pintu. Dia semakin gelisah.

"Hai, Di," sapa Rara ceria. "Gimana hasil fotonya? Dapet gambar bagus nggak?"

Ardi menelan ludah. "Ra, maaf banget," lirihnya.

Rara mengernyit. "Maaf kenapa? Kamera kenapa?"

Ardi tak bisa mengelak lagi. Dia menceritakan kejadian yang sebenarnya, mulai dari kamera yang terjatuh hingga kondisinya sekarang. Rara terdiam mendengarkan, wajahnya perlahan berubah tegang.

"Kamera ini mahal, Di," ujar Rara akhirnya, suaranya datar. "Gue kumpulin uang berbulan-bulan buat belinya. Sekarang rusak kayak gini."

Ardi tertunduk. "Sekali lagi, Ra, maaf banget. Gue nggak sengaja. Gue udah coba perbaiki tapi nggak bisa."

Rara menghela napas. "Iya, gue tau nggak sengaja. Tapi ya udahlah. Kamera rusak, ya mau gimana lagi."

Raea mengambil alih kameranya dari tangan Ardi. Dia memasukkannya ke dalam tas tanpa melihat Ardi lagi.

"Gue pulang dulu ya," pamit Rara dingin. "Lain kali kalo pinjam barang, tolong lebih dijaga lagi."

Ardi hanya bisa mengangguk pelan. Dia melepas kepergian Rara dengan perasaan bersalah yang menyesakkan. Dia sadar, kecerobohannya telah merusak tidak hanya kamera, tapi juga persahabatannya dengan Rara.

Sepeninggal Rara, Ardi hanya bisa terdiam. Dia memejamkan mata,  menyesali perbuatannya. Dia berjanji pada dirinya sendiri untuk lebih berhati-hati lagi jika kelakuar meminjam barang orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun