Mohon tunggu...
Rafif Ahmad Fadilah
Rafif Ahmad Fadilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam

Saya memiliki hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sahabat yang Tak Tergantikan

4 Februari 2024   19:06 Diperbarui: 4 Februari 2024   19:09 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Langit sore berwarna jingga keemasan saat aku melangkah keluar dari gerbang sekolah. Di taman kecil di seberang jalan, Rani melambaikan tangannya dengan semangat. Senyumnya yang lebar selalu berhasil mencerahkan harimu. Aku berlari menyeberang jalan dan bergabung dengannya di bawah pohon rindang.

Rani adalah sahabatku sejak kecil. Kami tumbuh bersama, bermain bersama, dan berbagi segalanya. Dia adalah orang yang paling aku percaya dan selalu ada untukku.

"Bagaimana harimu?" tanya Rani sambil membuka kotak bekalnya.

"Seperti biasa," jawabku sambil mengeluarkan buku dari tas. "Banyak tugas."

"Sama," keluh Rani. "Aku hampir tidak punya waktu untuk membaca novel baruku."

Kami berdua adalah kutu buku. Kami sering menghabiskan waktu di perpustakaan, membaca buku favorit kami dan bertukar cerita.

"Aku punya novel baru yang ingin aku rekomendasikan untukmu," kata Rani. "Judulnya 'Sahabat yang Tak Tergantikan'."

"Ah, menarik sekali," ujarku. "Cerita tentang apa?"

"Tentang dua sahabat yang selalu bersama sejak kecil," jelas Rani. "Melalui berbagai rintangan dan petualangan, mereka selalu ada untuk satu sama lain."

Baca juga: Surat yang Berlalu

"Kedengarannya seperti cerita yang bagus," kataku. "Aku ingin membacanya."

"Aku sudah meminjamnya dari perpustakaan," kata Rani. "Nanti aku bawakan untukmu."

"Terima kasih," ujarku. "Aku tidak sabar untuk membacanya."

Kami menghabiskan sore itu dengan berbincang tentang berbagai hal. Rani selalu tahu cara membuatku tertawa dan melupakan semua masalahku. Aku merasa sangat beruntung memilikinya sebagai sahabat.

Hari-hari berikutnya terasa hampa tanpa Rani. Dia harus pindah ke luar kota bersama keluarganya. Aku sedih sekali harus berpisah dengannya.

"Aku akan merindukanmu," kataku saat kami berpelukan di bandara.

"Aku juga," kata Rani dengan berlinang air mata. "Tapi kita akan selalu menjadi sahabat, kan?"

"Tentu saja," ujarku. "Kita akan selalu terhubung, tidak peduli jarak yang memisahkan kita."

Rani pergi, meninggalkan lubang besar di hatiku. Tapi aku tahu bahwa persahabatan kami tidak akan pernah pudar. Dia adalah sahabatku yang tak tergantikan.

Beberapa bulan kemudian, Rani kembali ke kota. Kami bertemu kembali di taman kecil di bawah pohon rindang. Rasanya seperti tidak ada yang berubah. Kami berpelukan erat dan berbagi cerita tentang apa yang telah kami lalui selama berpisah.

Persahabatan kami semakin kuat seiring waktu. Kami selalu ada untuk satu sama lain, melalui suka dan duka. Rani adalah sahabatku yang tak tergantikan. Dia adalah orang yang selalu aku percaya dan selalu ada untukku.

Aku sangat bersyukur memiliki Rani dalam hidupku. Dia adalah sahabat terbaik yang pernah aku miliki.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun