Mohon tunggu...
Rafif Budhiatna
Rafif Budhiatna Mohon Tunggu... Mahasiswa - .

.

Selanjutnya

Tutup

Money

Dampak Bencana Alam Membuat Pengusaha Diving di Pantai Tulamben Pasrah Akan Kepemilikannya

12 Desember 2022   07:58 Diperbarui: 12 Desember 2022   11:03 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wisata bahari dapat disebut sebut sebagai salah satu penyumbang devisa Negara terbesar di Indonesia, terutama pada sector pariwisata. Wisata bahari di Indonesia pada umumnya memanfaatkan sumber daya alam yang ada di wilayah pesisir dengan konsep keberlanjutan dan berbasiskan kepada masyarakat. 

Saat industri wisata bahari dijalankan dengan berbasiskan masyarakat, banyak masyarakat lokal yang tinggal di daerah pesisir turut bisa merasakan keuntungan pendapatan dari adanya usaha wisata bahari. Dengan konsep tersebut, harapannya pariwisata bahari di Indonesia bisa berpotensial untuk lebih banyak mendapatkan devisa Negara serta mendongkrak ekonomi masyarakat pesisir.

Namun, realita konsep tersebut sangat berbanding terbalik beberapa tahun belakangan ini. Contohnya Provinsi Bali pada tahun 2017 saat itu terkena Erupsi Gunung Agung yang memaksa masyarakatnya untuk meminimalisir kegiatan usahanya karena abu vulkanik. 

Salah satu yang paling terdampak dengan adanya bencana alam tersebut ialah di sector usaha pariwisata bahari. Pantai Tulamben Bali menjadi saksi bisu terhadap penurunan angka kunjungan wisatawan yang menyebabkan terhentinya aktivitas diving dan snorkeling. 

Hal itu membuat pengusaha diving dan snorkeling banyak kehilangan para customer dan tidak menyanggupi melakukan pembayaran fasilitas menyelam. Tidak berhenti sampai di situ, banyak juga para pengusaha diving dan snorkeling yang pasrah dan memindahtangankan kepemilikan usahanya kepada investor asing dengan cara menjual alat kebutuhan untuk menyelam.

Tampaknya kasus itu terjadi karena para pengusaha memiliki keterbatasan pengetahuan tentang nilai kepemilikan dalam menjalankan sebuah usaha. Secara tidak langsung mereka juga akan terus terkikis ekonominya saat hasil usahanya dibagi dua dengan para investor asing. Keadaan ini harus segera dibenahi agar para masyarakat lokal turut lebih banyak mendapatkan keuntungan dari usaha yang mereka jalankan. 

Selain itu, para stakeholders juga perlu mempersiapkan Sumber Daya Masyarakat (SDM) yang berintelek dan cekatan dalam segala kondisi agar bisa mengimbangi saat ada perubahan kondisi sosial. Dengan begitu nantinya seluruh pelaku usaha pariwisata bahari maupun masyarakat lokal siap untuk ikut berkontribusi demi memajukan destinasi Pantai Tulamben Bali yang berpotensi menjadi spot diving dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun