Ibuku tadi pagi memarahiku karena kebiasaan aku tanpa disadari, aku dianggap seenaknya sama orang tua, padahal aku tidak membantah. Lalu, Ibuku menasehatiku bahwa aku harus mencari duit sendiri, bukan anak kecil lagi, lebih bisa mandiri. Terus beliau membandingkan aku sama orang lain yang sudah banyak penghasilan, menikah dan punya anak (HADEHH SUMPAH QUARTER LIFE CRISIS MEMBUNUHKU).
Ibuku sudah pensiun guru sejak 4 tahun. Kini, aku tinggal di rumah bersama ibu, adik kembar, dan ART aku. Sementara, dua kakakku sudah berkeluarga dan punya rumah tinggal.Â
Aku berpikir terima kasih kepada Ibuku yang sudah membuatku menangis. Ketika aku sholat subuh, aku mulai isak air mata seakan ingin meminta pertolongan banyak kepada Allah. Aku berharap ucapan Ibuku bisa mengubah hidupku sekaligus memotivasi aku di masa depan. Aku tahu kesalahan terbesar terjadi dalam hidup adalah diriku sendiri. Meskipun aku berusaha untuk memperbaiki diriku, tapi lama-kelamaan malah balik ke kebiasaaan anehku. Aku bingung gimana nasibku ke depan. Aku punya banyak mimpi, tetapi sering gagal. Beginilah hidup aku seorang ADHD dewasa.Â
Sekarang usiaku 28 tahun, tetapi kelakuan seperti umur 13 tahun. Aku mencoba lebih dewasa, harus punya tanggung jawab besar, lebih mandiri, inisiatif dan motivasi di masa depan nanti. Namun sayangnya, kalau boleh jujur, aku sangat benci diriku sendiri. Aku berusaha menjadi orang normal seperti orang lain yang memiliki karir, mapan, sudah menikah, bahkan punya anak. Sempat kepikiran aku ingin cari terapis/psikolog terkait masalah ADHD aku.Â
Mimpuku banyak, pengen punya penghasilan sendiri, dapat jodoh terbaik. Idaman aku cari pria yang mapan, tidak main judi, tidak pemabuk, agamanya bagus, tidak tukang selingkuh, pekerja keras, dan setia. Dan juga, aku mencari pria sebagai terapisku. Lalu, aku kepikiran mau menikah di umur 30an.
Aku sudah bosan nganggur terus, sejak awal pandemi. Â Aku sudah berjuang membuat CV/resume tapi bingung keahlianku apa. Merasa putus asa waktu aku telurusi di Linkedin, Jobstreet, Glints untuk mencari lamaran tatkala menjadi fresh graduate. Ujung-ujungnya harus memiliki pengalaman minimal 5 tahun, ahli di bidang ABC, berpenampilan menarik, diutamakan lulusan blablabla, sekaligus harus punya sertifikat TOEFL/IELTS kalau jadi guru bahasa inggris. Aku merasa insecure kalau bayangin interview di perusahaan yang bukan sesuai minatku. Â Masa bodo mencari lamaran, lebih baik aku menulis di blog dengan tema bebas, terutama pop culture dan kehidupan pribadi.Â
Alhamdulillah impianku tercapai sudah melamar menjadi penulis lepas (baca: freelance writer) di perusahaan media yang benar-benar sesuai dengan minatku. Â Jujur, aku senang sama pekerjaanku. Tapi ,semakin lama semakin jenuh. Aku bosan kerja di rumah terus. Kepikiran mau pindah yang bisa hybird (WFH & WFO). Â Aku pengen bereksplorasi di luar rumah, kayak di kantor, di lapangan, bahkan ke luar kota/negeri untuk mencari sumber berita atau inspirasi.Â
Ini sudah 1 tahun menjadi content writer tapi ngebahas salary, jangan deh malu, hehehe. Soalnya, tiap bulan aku dapat revenue dibawah gaji umr. Itulah nasib aku menjadi ADHD. Ketika mencari sumber, bawaannya menunda mulu. Aku kalau menulis artikel tergantung mood-aku, apakah aku sanggup melanjutkan atau tidak. Yang jadi sumber masalah ketika laptopku sudah lemot bertahun-tahun semenjak aku bikin skripsi. Sudah diganti SSD, tapi tetap aja lemot. BTW, aku baru sadar bahwa aku kerja pakai notebook. Impianku mau beli laptop yang bagus multitasking dan performa.Â
Aku harus berusaha untuk stop kebiasaan buruk aku, seperti begadang, tidur pagi setelah sholat subuh, scrolling Twitter, Instagram, Tiktok melihat konten yang membuatku buang waktu, nonton video nggak penting di Youtube, dan produktivitasku berkurang. Aku juga stop menghayal atau melihat foto-foto idol favoritku yang sudah disimpat lewat hp atau laptop terus-terusan, karena itu membuatku nggak fokus sama pekerjaanku.Â
Aku harus mencoba perbaiki atau menambah resume/CV aku kalau terdapat kesalahan, sama juga portfolio. Setelah aku resign dari pekerja lepas, aku usahakan cari lamaran yang lain sesuai dengan kriteria dan bakatku.Â
Aku beruntung mendapat sampingan sebagai kader dasawisma, Alhamdulillah lumayan tiap bulan dikasih uang operasional 500 ribu. Kata Ibu aku, uangnya ditabung buat umroh/haji.Â
Aku pengen mencoba berpengalaman sebagai jurnalis, terutama ingin wawancara sama band-band favorit dari luar negeri, terutama band yang aku tahu sejak SD.Â
Tidak apa-apa aku berani bercerita tentang perjuanganku sebagai neurodivergent atau ADHD dewasa. Memang aku baru sadar bahwa aku mengalami ADHD ketika di bangku sekolah sampai sekarang. Itulah yang terjadi ketika aku membaca artikel mostly English terkait ADHD. Selain itu, aku suka melihat konten-konten terkait ADHD yang menurutku relatable banget sesuai dengan habit aku.
Aku tipikal orang semangat mencari hal-hal baru, rasa ingin tahu tinggi, dan suka beradaptasi. Tapi kekurangannya, aku orangnya gampang bosan, pemalas dan ceroboh.Â
Aku senang menjadi penulis karena itu membantu kreativitasku, serta bakatku. Daripada bingung bicara sama orang lain ngomongin tema yang nggak menarik, lebih baik aku menulis. Tulis mana saja lewat medsos atau blog. Â Apalagi kebiasaan aku suka bicara sendiri bisa dijadikan bahan tulisan. HEHEHE
Lantas, banyak lho musisi-musisi beken yang dari dulu memiliki ADHD, seperti Adam Levine (vokalis Maroon 5), Justin Timberlake, Will.i.am (rapper Black Eyed Peas), Oliver Sykes (vokalis BMTH), Kurt Cobain (vokalis Nirvana) dan lainnya. Â Â Â
Sebagai penutup, aku beri quotes dari Miriam Schulman: Â
"Saya senang tampil beda. ADHD benar-benar seperti kekuatan super - entah Anda seorang seniman atau pengusaha - otak kita yang membiarkan pikiran kita berkelana adalah hal yang membantu kita menghasilkan ide-ide bagus."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H