Mohon tunggu...
Rafida Hanan
Rafida Hanan Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Growing up with neurodivergent/ADHD. I tent to overthink and procastinate a lot. Writing is my passion Passionate writing an articles, opinions & facts. Sometimes, journaling is a part of my therapy to cope my mental health. Also, i'm a music enthusiast.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Anak Kuliah setelah Lulus Sidang Skripsi Diberi Hadiah sedangkan Gue Tidak

18 November 2021   14:48 Diperbarui: 18 November 2021   14:58 2166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: mamikos.com

Sebelum gue mau cerita sesuatu, gue mau nanya pernah gak kalian sudah lulus sidang atau wisuda dikasih suprise sama teman berupa hadiah? Kalau jawabannya iya, wah berarti lo bahagia dong. Kalau jawabannya enggak, jangan berkecil hati. 

Gue termasuk salah satu orang yang gak pernah dikasih surprise. Tentunya kalian bakalan penasaran pengalaman pribadi gue seperti apa. Ini bisa jadi cerita menarik bagi kalian.  Disini gue bercerita melalui chapter-chapter berikut.

I. Espektasi atau Harapan 

Mengingat masa lalu waktu gue menduduki bangku kuliah. Selesai belajar di kelas, gue nunggu jemputan sambil duduk di depan lobi kampus. 

Pada waktu sore hari, gue melihat anak-anak yang memakai atribut lengkap, sebut saja almet warna hijau, kaos putih dan celana/rok hitam sedang diberi hadiah kepada teman-temannya berupa bunga (ada juga yang bunga yang berbentuk cemilan), balon berupa bundar atau huruf, selempang (yang biasanya miss universe pakai yang ada nama) lagi foto bareng sama teman-temannya. 

Dan ternyata itu pemberian hadiah ketika kelar sidang skripsi atau juga setelah lulus pengumuman. Disitu, gue langsung terbayang... kepengen banget gue mau digituin ketika gue lulus sidang skripsi dikasih hadiah. Itulah awalnya waktu gue kuliah di semester 5.  Tak hanya itu saja, di media sosial juga dimana-mana di Facebook, Instagram dan Twitter kalau update status terus unggah foto pasti foto bareng sama teman atau sahabat pasca sidang.

II. Mulai Mengerjakan Skripsi 

Skripsi bisa dibilang tugas yang sungguh menentang bagi mahasiswa ketika memasuki semester 8.  Disitu mulai deh gue ikutin tugas akhir yaitu skripsi. Mata kuliah cuma sedikit jadi bisa bagi waktu untuk mengerjkakan skripsi. Menurut gue itu lumayan susah-susah gampang tapi pengerjaan lama, bisa sekitar 12-15 bulan. 

Target gue mau lulus tahun 2018 tapi sayang diundur jadi 2019. Masalahnya skripsi, terutama di bab 2 tentang teori susahnya minta ampun, mesti nyari sumbernya dari buku, dan internet. Kebanyakan saya ambilnya download dari e-book ketimbang di buku perpus, jadi lebih efisien. 

Terus menulis kalimat-kalimatnya emang membingungkan pakai bahasa inggris (soalnya gue jurusan bahasa inggris),enggak mau jiplak, harus original takutnya pas sidang bakalan ditanya kok ada yang sama pas skripsi sebelumnya. 

III. Sempat Frustasi Pengen Nyerah 

Sudah menjalani  skripsi bab ke 2 rasanya pengen nyerah minta ampun. Gue sungguh tertekan karena anak-anak angkatan gue kebanyakan pada ikut sidang skripsi antara bulan Agustus dan November 2018. 

Mereka udah sampai bab 5 tinggal daftar sidang, lalu ditanda tangan sama ketua program stud dan dosen pembimbing. Sedangkan gue sudah mau ngerjain bab 3, setelah itu langsung turun ke lapangan untuk meneliti buat bab 4. Asik banget ya mereka, bakalan siap-siap diberi surprise oleh teman-teman  atau pacar setelah sidang. Gue mikir ngapain ya ikut-ikutan, gue aja sibuk ngerjain skripsi.

Ngomongin soal kehidupan sosial, gue orangnya individualis, meskipun suka bergaul dan beradaptasi dengan teman. Gue lebih sering menghabiskan waktu untuk menyendiri, berpikir dan berkhayal tentang masa depan gue nanti setelah lulus selain main gadget. Kadang gue bete sendirian, gue pengen ngobrol sama teman -teman.  Jadi kayak ada waktu luang untuk bersosialiasi. 

Terus gue pernah ikut lomba Spelling bee dan pengetahuan umum. Tapi sayang gak dapat juara hahaha. Untung dapat sertifikat demi memenuhi SKPI (Surat Keterangan Pendamping Ijazah).

IV. Alhamdulilah Lancar, Waktunya Sidang

Ini sudah memasuki tahun 2019, selamat kepada teman-teman yang sudah wisuda bulan desember kemarin. Waktunya gue turun ke lapangan untuk ngerjain skripsi bab 4. Pilihannya mau bulan Februari, Juli, Agustus dan November untuk sidang. Kalau Februari belum tentu siap, karena ya jelas gue ngerjainnya suka lama apalagi perbaikan kalimatnya di bab 4 dan 5. Terus gue kejar bulan juli, belum bisa juga. Karena telat daftar, merasa belum siap, takut banyak perbaikan. 

Mau enggak mau harus kelar. Beruntung gue daftar di bulan Agustus. Jadi enggak perlu bayar semester lagi selanjutnya di bulan ini soalnya gue udah semester 10.

Waktu sidang skripsi, peminatnya beneran dikit gak mencapai ratusan. Oh iya, kalau ngebahas surprise gue berharap bakalan dikasih gak ya, pasti gue enggak. Soalnya gue enggak terlalu deket sama teman-teman kuliah. Menurut gue enggak peduli mau dikasih surprise apa enggak. Yang penting gue mau lulus terus wisuda, titik.     

V. Merasa deg-degan dan berharap lulus

Sebelum maju sidang, gue mikir cuma presentasi doang berdasarkan pengamatan gue. Ternyata tanya jawab sama dua beda dosen penguji. Gue disuruh bawa laptop dan dua hard copy skripsi buat para dosen. 

Gue berharap sidangnya bakalan lancar dan hapal baca skripsi. Tapi sayang, gue enggak begitu jago bikin to the point lewat PowerPoint rata2 harus 8-10 slide, kalau gue 30-an. HAHAHA norak deh. Jadi yang pertama gue ditanya sama Bapak dosen yang pernah ngajar Writing sekaligus dekan. 

Beruntung gue dapatnya yang tidak galak HEHEHE. Selama ini, gue bener-bener hampir lupa pas ditanya lewat bab 2. Lalu, gue juga deg-degan, merasa lapar tidak makan siang, cuma bawa botol air dan cemilan. Di akhir ini, gue menangis setelah kejadian itu, gue bilang dalam bahasa Inggris  "i struggled so hard" (gue berjuang keras). Untung dosen merasa maklumin apa yng gue ucapin. 

Terus beliau jawab "don't give up" (jangan menyerah). Gue enggak bisa menahan air mata dan beneran belum bisa ngomong apa-apa alias speechless.  Itulah hal yang gue ingat setelah sidang. 

VI. Waktunya Yudisium 

Ini adalah momen yang ditunggu-tunggu yaitu yudisium. Maksudnya sedang menunggu pengumuman kelulusan sidang skripsi. Menurut gue   gugup gila, lebih gila daripada menunggu pengumuman Ujian Nasional.  

Gue sampai di kampus menjelang siang, disana anak-anak sedang  menunggu yudisium, lalu mereka pada duduk di lantai yang biasanya dekat pintu-pintu kelas. 

Alasan sambil menunggu karena ada beberapa orang yang belum maju sidang skripsi ditargetkan sekarang kalau enggak salah. Sambil itu, mereka pada ngobrol-ngobrol, sedangkan gue cuma nonton streaming YouTube.  Terus gue sempet gak makan siang di kampus, cuma bawa air putih doang, terus menahan hingga acaranya selesai. 

Setelah ashar,  mulai deh acara yudisium, disuruh masuk ke kelas sama para dosen, termasuk ketua program studi, sekretaris dan dekan. Lalu, kita dikasih amplop apakah itu pertanda bahwa kita lulus apa enggak. Jadi kita harus kompak untuk membuka amplop. Nah, pas kita mau buka jeng..jeng..jeng Bismillahirohmanirrahim.... lihat hasilnya LULUS Alhamdulillah.. Ya Allah kita semua lulus. SELAMAT. Gue bener-bener lega ya Allah, emang perjuangan banget selama setahun bikin skripsi, mau cepat wisuda. 

Semua anak pada update video di Instagram stories ngucapin selamat. Abis itu,  anak-anak pada foto-foto bareng, sedangkan gue mau cepat pulang karena gue lapar enggak tahan. Awalnya mau ikutan foto bareng, tapi sayang sambil menunggu jemputan yang biasanya datang ke kampus 5 menit, gue jadinya batal. 

VII. No Hadiah, No Problem 

Momen semacam ini dijadikan budaya populer bagi kalangan anak-anak muda, yang biasanya kita lihat baik di kehidupan realitas maupun media sosial.

 Gue udah berkali-kali lihat di  Instagram, Twitter dan facebook, ngestalk teman di post atau di stories, mereka pada sumringah foto atau video bareng teman dapat hadiah sebagai tanda selamat atas sidang, lulus bahkan wisuda. Gue setelah pengalaman itu, gue enggak dikasih apa-apa. Yang penting gue pengen ngebanggain keluarga gue, teman dekat gue dan juga diri gue  sendiri.

Ngomong-ngomong itu enggak cuma gue doang ya. Ada teman lama yang gue kenal sejak SMA dan kuliah bernama Afaf, setelah lulus dia enggak dikasih apa-apa, yang penting bersyukur kalau sudah lulus. 

Makanya pas kita lulus, kita jalan-jalan sebagai celebratation untuk kelulusan sidang seperti kita ingat waktu SMA, kita nongkrong bareng, daripada ikut-ikutan mencorat-coret seragam bareng.  Menurut gue, ngapain coba. Sama pun juga gak usah diberi kejutan juga tidak masalah. Apapun kita sama-sama bersikap bodo amat, enggak perlu ngikutin orang juga tidak masalah.

Sebelum akhir cerita gue ingin menyampaikan bahwa gue lulusan sarjana Pendidikan Bahasa Inggris tahun 2019. Selama pandemi ini, gue menganggur sudah hampir 2 tahun. Untuk mengisi luang, gue mengikuti pelatihan online dan webinar untuk menemukan minat dan bakat gue. Sebelumnya, gue pernah ditugaskan ngajar jadi guru bahasa inggris di SMP, hanya dua bulan saja demi mata kuliah magang (dulu disebut PPL yang biasanya ngajar 4 atau 6 bulan karena perubahan kurikulum jadi diganti magang). Dari dulu kepikiran belum tentu jadi guru, sekarang gue fokusnya mau jadi penulis.  

Bagi yang kalian merasa tidak peduli ketika tidak pernah dikasih suprise berupa hadiah. Inilah quote berdasarkan buku karya Mark Manson yang berjudul Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat, yaitu: "Kunci untuk kehidupan yang baik bukan tentang memedulikan lebih banyak hal tapi tentang memedulikan hal yang sederhana, hanya peduli tentang apa yang benar dan mendesak dan penting."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun