Namaku Andra, dan aku memiliki adik bernama Aqeela. Kami adalah kakak beradik yang sangat dekat. Kami berdua adalah seniman terkenal yang sering mengadakan pameran lukisan bersama. Aku bangga dengan adikku yang berbakat dan cantik. Aku selalu melindungi dan mendukungnya dalam segala hal.
Suatu hari, kami mengadakan gala lukisan di sebuah hotel mewah. Aku berkeliling melihat hasil karya kami yang dipajang di dinding. Aku merasa puas dan bahagia. Tiba-tiba, aku melihat seorang pria yang menarik perhatianku. Dia berambut hitam, bermata coklat, dan berbadan tinggi. Dia sedang memainkan gitar di sudut ruangan. Aku mendekatinya dan bertanya siapa namanya.
"Namaku Abraz. Aku adalah pemain gitar. Mungkin kamu pernah mendengarkan aku di radio nasional. Aku suka musik dan seni. Kamu siapa?" jawabnya dengan senyum ramah.
"Aku Andra. Aku adalah orang yang melukis lukisan yang ada di depanmu! Aku dan adikku, Aqeela, adalah yang mengadakan pameran ini. Kamu suka lukisan kami?" tanyaku balik.
"Ya, tentu saja. Lukisan kalian sangat indah dan mengesankan. Aku kagum dengan bakat kalian. Bolehkah aku mengajakmu berjalan-jalan dan melihat lebih banyak lukisan kalian?" katanya sambil menawarkan tangannya.
Aku mengangguk dan menerima tangannya. Kami berjalan-jalan sambil berbincang-bincang tentang seni dan musik. Aku merasa nyaman dan senang bersamanya. Aku melihat Aqeela yang sedang berbicara dengan tamu lain. Dia tersenyum dan melambaikan tangan kepadaku. Aku membalas senyumnya dan mengangkat jempol. Aku berpikir, hari ini adalah hari yang sempurna.
Aku pulang dari gala tersebut dan jatuh cinta dengan Abraz. Mulai dari hari itu, kami sering bermain bersama, seperti bermain ke taman kota, menonton film, atau makan malam. Aku merasa dia adalah jodohku. Aku ingin mengakui cintaku kepadanya. Suatu hari, aku memutuskan untuk melakukannya.
Aku mengajaknya ke tempat favoritku, yaitu taman bunga. Lagipula, itu dimana ulang tahunku selalu dirayakan! Aku membawakan bunga mawar merah untuknya. Aku berharap dia akan menerimanya dan membalas perasaanku. Aku menemukannya di tengah taman. Dia sedang duduk di bangku sambil memegang gitar. Aku mendekatinya dengan hati berdebar.
"Hai, Abraz. Aku senang kamu datang. Aku punya sesuatu untuk kamu." kataku sambil memberikan bunga mawar merah kepadanya.
"Terima kasih, Andra. Bunga ini sangat cantik. Seperti kamu." jawabnya sambil tersenyum.
Aku merona mendengar pujian itu. Aku merasa ini adalah saat yang tepat untuk mengungkapkan cintaku. Aku menarik napas dalam-dalam dan berkata dengan lantang.