Mohon tunggu...
Rafi Aura
Rafi Aura Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Menjelajahi dunia dengan bahagia dan tertawa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Selamat Malam, Hari Ini Menyenangkan

18 Januari 2024   19:35 Diperbarui: 18 Januari 2024   19:40 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Namanya adalah Dia. Dia adalah salah satu wanita yang memang memiliki karakter yang unik bagiku, berhari - hari bersambung bulan aku melihatnya bagaikan rumah yang sangat jauh di sana.

Kita bertemu di suatu tempat yang sangat tidak asing di kota ini. Pertemuan itu tanpa sengaja kita temui, lawak. Mereka juga tau bagaimana bisa terjadi semuanya.

Masih ingat aku bertemu sang manusia kecil itu, tak henti - hentinya senyuman ini aku berikan untuknya.

Perjalanan ini sungguh sangat singkat, tak butuh waktu lama untuk membuat dirinya mengenal ku lebih dalam. Senyumnya yang unik membuat seorang aku ini jatuh terlelap dalam kegelapan.

Lama sudah kita bertemu, sudah saatnya dia meninggalkan tempat yang tidak di duga ini. Bre### memang bila di pikir.

Diriku dan aku memberikan perhatian lebih untuk manusia kecil itu, berharap dia mengerti bagaimana rasanya di bahagia kan oleh bahagia.

Kita akhirnya bertemu lagi dalam teknologi. Melihatnya membuat tersadar bahwa ternyata untuk menikmati dunia tidak harus.
Yap, itu sangat bodoh. Orang tuaku tahu bahwa ini memang hal yang lucu, hal yang sangat bodoh untuk di jalankan oleh sang pria.
Perjalanan ini kembali kembali menjadi panjang, sepanjang harapan yang di inginkan. Keinginan yang selalu di harapkan ketika malam sudah tidak berpihak pada kita.

Hari pertama di lakukan dengan membuka senyuman yang sebelumnya tidak pernah di lakukan untuk ke se-kekian kalinya.

Hari itu hari yang sangat indah, bagaikan bunga - bunga bertebaran di tanah yang gersang.

Singkat, aku menemuinya di kala hujan, hujan kala itu sangat jahat. Mereka membuat suasana menjadi gelap dan menambahnya kembali gelap.

Hari itu aku manfaatkan untuk mengejarnya di kala kabut terus menerus berada di jalanan yang tidak jelas ini. Harapan pertemuan itu merupakan pembuktian bahwa semuanya memang nyata dan mereka harus tau tentang itu.

Jam sudah menunjukan waktu yang sudah malam. Ini adalah pengorbanan sebagaimana aku menembus kabut yang dingin.

Namun semua berbeda entah bagaimana di dalam otakmu. Mungkin saja baru ada hasutan setelah dirimu bercerita kepadaku yang menggambarkan sosok sesuatu dan nyaman?. itulah kalimat terakhir sebelum tujuh hari hilang dalam kabut, atau malah tiga minggu?.

Ntahlah. Setelahnya dijalani dengan sepenuh hati berharap mendapatkan titik terang dan membuat kebahagaiaan ini kembali terbuat.

Hari terus berlalu dirinya baru saja dengan sosok yang di ceritakan.

Aku masih mengingatnya bagaimana diriku menerobos dinginnya malam di jam delapan malam, berjalan sendirinya mengharapkan kejelasan yang sempurna.

Tiba di pertemuan singkat itu aku menemuinya dengan jantung yang bertebar - tebar, memanggil namanya di suatu malam. Kupingmu di taruh di mana?.

Haha. Ku tunggu di rumah dan sejenak aku tertidur pulas, orang - orang melihatnya bagai seorang anak yang sedang melakukan hal bodoh, namun itu benar.

Jam berganti jam, susah di hubungi dan itu adalah hal yang bodoh.

Lelah rasanya menunggu lama. Menuliskan surat berharap di baca dan di kenang sepenuh hati. 

Kutulis sebagaimana aku menginginkan dirinya. Namun pada nyatanya tidak.

Lelah aku menunggu aku kembali dengan perasaan kecewa, perjalanan ini sungguh panjang. Aku kembali tertidur pulas dalam.

Singkat hari berlalu semua ini sudah usai, sudah jelas memang brengsek untuk di katakan.

Kembali menyusuri di mana letak surat itu di simpan, ternyata masih ada dan tersimpan indah. 

Kulihat, tulisan ini sangat indah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun